DIAM ADALAH EMAS



Saat kita tak memiliki kata-kata yang perlu dibicarakan, diamlah. Cukup mudah untuk mengetahui kapan waktunya berbicara. Namun, mengetahui kapan kita harus diam adalah hal yang jauh berbeda.

Salah satu fungsi bibir adalah untuk dikatupkan. Bagaimana kita bisa memperhatikan dan mendengarkan dengan lidah yang berkata-kata. Diamlah demi kejernihan pandangan kita.

Orang yang mampu diam di tengah keinginan untuk berbicara mampu menemukan kesadaran dirinya. Sekali kita membuka mulut, kita akan temui betapa banyak kalimat-kalimat meluncur tanpa disadari.

Mungkin sebagian kecil kata-kata itu tidak kita kehendaki. Seringkali orang tergelincir oleh kerikil kecil, bukan batu besar.

Butiran mutiara indah hanya bisa tercipta bila kerang mutiara mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sekali ia membuka lebar-lebar cangkangnya, maka pasir dan kotoran laut akan segera memenuhi mulutnya.

Ini ibarat kekuatan kita untuk diam. Kebijakan seringkali tersimpan rapat dalam diam para bijak. Untuk itu kita perlu berusaha membukanya sekuat tenaga. Bukankah pepatah mengatakan: “Diam adalah Emas“?

(Yes. 30:15)

PENGERTIAN CINTA



Jika kamu tak bisa melepaskan pandanganmu darinya, itu bukan CINTA, tapi KAGUM.
Jika kamu merasa betah berlama-lama dan berbagi cerita dengannya, itu bukan CINTA, tapi KESEPIAN.
Jika kamu bersedia mengorbankan segala hal demi menyenangkan dirinya, itu bukan CINTA, tapi KEMURAHAN HATI.
Jika kamu menerima pernyataan cintanya hanya karena kamu tidak ingin menyakiti perasaannya, itu bukan CINTA, tapi KASIHAN.
Jika kamu tidak bisa berhenti memegang dan merabanya, itu bukan CINTA, tapi NAFSU.
Jika kamu mengatakan kepadanya bahwa dialah satu-satunya hal di dunia ini yang kamu pikirkan, itu bukan CINTA, tapi GOMBAL.
Jika kamu tersenyum di kala ia bahagia dan menangis di kala ia terluka, itu bukan CINTA, tapi EMPATI.

Cinta adalah bahasa sederhana, seperti kata yang tak tersampai diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Cinta adalah bahasa sederhana, seperti isyarat yang tak sampai dikirimkan awan kepada angin yang menjadikannya hujan.
Cinta adalah kematian atas egoisme dan egosentrisme. Kadang menyakitkan, namun itulah harga yang pantas diberikan untuk sebuah cinta.
Hakikat mencintai bukan merubah apa yang kita cintai menjadi seperti apa yang kita inginkan, namun membiarkannya menjadi dirinya sendiri. Jika tidak, kita hanya akan menemukan bayangan impian yang kita ingin cocokkan dengan dirinya.

Cinta itu bagian dari hidup kita, karena cintalah kita bisa menghirup segarnya udara dunia. Karena cintalah kita bisa menikmati indahnya pelangi.
Namun bukan berarti kita boleh menghalalkan segala sesuatu demi impian yang ingin kita raih demi pencapaian ambisi pribadi lantas mengatasnamakan cinta..

Cintailah Tuhan, Cintailah Dia yang meminjamkan kita nafas kehidupan yang selalu dengan setia menunggu sapa cinta kita yang tak pernah berkurang kadar cintanya, yang tak pernah letih mendengar keluh kesah hamba-Nya meski terkadang lupa memuji-Nya.
Jika ada segenggam cinta yang kita miliki, maka seharusnya cinta itu kita berikan kepada Tuhan, bukan menduakannya dengan makhluk-Nya yang lemah.
Berikan cintamu sepenuhnya kepada-Nya.

AJARI AKU, TUHAN



Ya Tuhan, Ajari Aku...

Ajari aku ikhlas
untuk dapat merelakan
ketika aku harus
kehilangan.

Ajari aku sabar
untuk bisa menerima
ketika hatiku terluka.

Ajari aku tegar
menghadapi semuanya
ketika aku dalam ujian.

Ajari aku untuk
tetap tersenyum
menyembunyikan segalanya
ketika aku dalam masalah.

Ajari aku untuk
bisa bersyukur
atas segala nikmat
yang kuterima
ketika kutengah bahagia

Ajari aku keikhlasan
dan kerelaaan atas segala
yang telah Kau tetapkan.

TERSENYUMLAH



Tersenyumlah...
Tatkala dirimu dilukai

Tersenyumlah...
Tatkala dirimu dilupakan

Tersenyumlah...
Tatkala dirimu ditindas

Tersenyumlah...
Tatkala dirimu dikhianati

Tersenyumlah...
Tatkala dirimu dibebani

Tersenyumlah...
Tatkala dirimu disakiti

Sesungguhnya senyuman itu menunjukkan ketabahan,
kebesaran dan betapa kuatnya hatimu...

DIAM



Kadang-kadang kita perlu DIAM dalam memberi komentar.
Kadang-kadang kita perlu DIAM dalam menegur.
Kadang-kadang kita perlu DIAM dalam memberi nasehat.
Kadang-kadang kita perlu DIAM dalam memprotes.
Kadang-kadang kita perlu DIAM dalam persetujuan.

Tapi...

Biarlah DIAM kita mereka pahami artinya.
Biarlah DIAM kita mereka dapat memaknainya.
Biarlah DIAM kita mereka menerima tujuannya.

Karena...

DIAM kita mungkin disalahartikan.
DIAM kita mungkin mengundang prasangka.
DIAM kita mungkin tidak membawa maksud apa-apa.
DIAM kita mungkin tidak berarti.

Maka...

Jika kita merasa DIAM itu lebih baik,

maka seharusnya kita DIAM.

Namun seandainya DIAM bukanlah suatu yang bijak,
maka berkatalah sehingga mereka DIAM.

LANJUT USIA LEBIH BAIK


  1. Kita dapat mengatakan, “Sewaktu aku seusiamu…,” kepada semakin banyak orang.
  2. Kebanyakan hal yang sangat mengecewakan telah berlalu.
  3. Kita telah mendapatkan pemahaman menakjubkan bahwa kesalahan orang lain tidak lebih buruk dari pada kesalahan kita sendiri.
  4. Kita sadar karunia hidup, kesehatan dan kasih sayang jauh melebihi apa pun yang dapat dibeli dengan uang.
  5. Kita sedikit mungkin mengurusi hal-hal yang negatif dalam hidup ini dan memusatkan perhatian pada ungkapan syukur atas semua yang positif.
  6. Kita mendengarkan lebih banyak, belajar lebih banyak, tertawa lebih banyak, mencintai lebih banyak, menolong lebih banyak dan hidup lebih lama.
  7. Kita tahu dari pengalaman, baik pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain bahwa nurani yang jernih dan pikiran yang damai jauh lebih berharga daripada kemahsyuran atau kekayaan.
  8. Mewariskan kasih sayang, integritas dan perbuatan baik jauh lebih berharga ketimbang mewariskan tanah luas dan harta benda melimpah.
  9. Kita terus belajar meninggalkan masa lalu, menempatkan masa mendatang dalam perspektif lebih tepat dan menjalani masa sekarang seolah-olah ini hari terakhir bagi kita, karena entah kapan saat itu akan tiba.
  10. Kini saat yang paling sempurna untuk memandang ke dalam, ke luar, ke depan, dan ke atas.