SEPATU ORANG LAIN


Kita hanya mampu membeli tas tangan seharga 500 ribu rupiah. Ketika kawan kita membeli tas tangan seharga 5 juta rupiah, kita bilang kawan kita berlebihan. Padahal ia belanja tak pakai uang kita. Ternyata ia sudah menghemat untuk tidak membeli tas seharga 40 juta rupiah yang sanggup ia beli.
Kita hanya mampu hidup selalu di dekat suami. Ketika kawan kita berpisah jarak dan waktu dengan suaminya, kita bilang kawan kita gegabah. Kita bilang ia menggadaikan rumah tangga demi materi. Ternyata ia tetap hidup rukun dan bahagia dalam perjuangan rumah tangganya.
Kita hanya mampu menjadi ibu rumah tangga. Ketika kawan kita memilih bekerja sebagai pegawai, kita bilang ia menggadaikan masa depan anak. Ternyata ia bangun lebih pagi dari kita, belajar lebih banyak dari kita, berbicara lebih lembut pada anaknya, dan berdoa lebih khusuk memohon pada Tuhan untuk penjagaan anak-anaknya.
Kita hanya mampu mengatur uang belanja 1 juta rupiah sebulan. Ketika kawan kita bercerita pengeluaran belanja bulanannya sampai 6 juta rupiah, kita bilang ia boros. Padahal ia tak pernah berhutang pada kita. Pinjam uang pun tidak. Ternyata mereka sedekah lebih banyak dari uang belanjanya. Ternyata mereka tak pernah lupa membayar zakat.
Siapa yang rugi? Kita. Belum-belum sudah mudah menilai. Bisa jadi malah buruk sangka. Padahal kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya orang lain hadapi, orang lain lakukan di luar sepengetahuan kita.
Jangan mengukur sepatu orang lain dengan kaki kita. Jangan pernah mengukur kehidupan orang lain dengan ukuran hidup kita.

ANAK VS ORANGTUA


1. Anak terkadang berfikir orangtuanya pilih kasih terhadap saudaranya.
2. Anak terkadang merasa terkekang oleh orangtuanya.
3. Anak terkadang merasa lebih pintar dan membantah nasihat orangtuanya.
4. Anak terkadang merasa bahwa dirinya tidak disayang.
5. Anak terkadang memperhitungkan segala sesuatu yang telah ia lakukan untuk orangtuanya.
6. Anak terkadang menganggap remeh sesuatu pekerjaan yang telah diberikan.
7. Anak terkadang membentak orangtuanya saat berbicara.

Namun, fakta yang tidak diketahui oleh anak:
1. Anak sering tidak mengerti jika dibalik sepengetahuannya, orangtuanya selalu memuji anak di depan orang lain dan saudaranya.
2. Anak sering tidak mengerti bahwa semua yang dilakukan orangtuanya hanya untuk kebaikan masa depan anak.
3. Anak sering tidak mengerti bahwa orangtuanya telah menjalani kehidupan yang lebih keras dibanding anak-anaknya dan berusaha untuk memberi nasehat.
4. Anak sering tidak menyadari bahwa di setiap doa, nama anak selalu disebut.
5. Orangtua jarang sekali memberitahukan mengenai pengorbanannya selama membesarkan anak-anaknya.
6. Orangtua telah mempersiapkan warisan terbaik (bukan harta) untuk anaknya, hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk masa depannya kelak.
7. Orangtua tidak rela melihat anaknya hidup bersusah-susah di tempat orang lain.
8. Anak tidak mengerti setiap kali ia membentak, hati orangtua akan bergetar.

BELAJAR UNTUK MENJADI TIDAK BAHAGIA


Gobind Vashdev - "Siapa yang merasa masa kecilnya lebih bahagia daripada sekarang?" Walaupun tidak semua, namun sebagian besar orang dewasa peserta seminar mengangkat tangan. Tak lama setelah seminar usai, satu-satu dari peserta bercerita, bahwa dalam kesederhanaan dan keterbatasan yang ada, mereka merasakan jauh lebih bahagia dibanding saat ini dimana semua yang diimpikan sudah tergenggam.
Lalu pertanyaannya, "Apa saja yang kita lakukan selama ini? Mengapa kita merasa semakin jauh dari kebahagiaan itu sendiri? Apakah kita salah arah? Bila iya, mengapa kita tidak berbalik atau mencari cara lain?"
Dahulu sewaktu belum punya gelar, belum punya harta berlimpah, Acong tidak marah bila seseorang memanggil nama kecil atau nama panggilan, tanpa kata 'pak', tapi sekarang setelah menjadi doktor, emosi tersinggung sering sekali terbangun. Kalau tersinggung menjadi lebih sering bertamu dalam kehidupan setelah kita belajar banyak hal selama berpuluh tahun, maka kita perlu berhadapan dengan ego yang 'gila' hormat yang ada di dalam diri sendiri. Begitu pula ketika pulang dari tanah suci, apakah kita menjadi semakin menuntut, semakin ingin dihargai atau menjadi lebih welas asih?
Kalau kita ingin berbahagia sementara dalan keseharian kita termotivasi belajar agar bisa menjadi kaya dan akhirnya dihormati, tentu kita perlu memikirkan kembali apa itu bahagia. Seingat saya selama saya bersekolah, belum pernah ada mata pelajaran yang secara spesifik dan nyata mengajarkan kita bagaimana kita mencapai kebahagiaan, padahal itu adalah tujuan dari sebagian besar manusia. Kita telah diajarkan begitu banyak hal yang sama sekali tidak esensial untuk menjalani kehidupan agar penuh dengan kedamaian. Kita tidak banyak atau bahkan tidak pernah belajar mengenal emosi yang selalu melekat dalam diri dan bagaimana menghadapinya bila sedang membara. Selama ini guru atau orangtua sering meminta kita melupakan, memaafkan, tapi tidak diberi tahu caranya, Paling sering yang dilakukan adalah mengalihkannya atau dengan mengucap mantra mujarab 'sabar', yang artinya panjangnya 'dipendam saja di dalam, nanti juga lama-lama lupa'.
Di sekolah dan kampus kita diajarkan cara berkomunikasi pada orang lain, namun hal yang paling sering kita lakukan yaitu berkomunikasi pada diri sendiri tidak pernah disinggung. Padahal menurut pengalaman diri bahwa menyadari komunikasi internal pada apa yang terjadi dalam benak ketika kita marah atau sedih akan sangat membantu diri ini untuk melarutkan kemarahan.
Untuk itu bagi saya, mengenal diri selayaknya menjadi mata pelajaran wajib di sekolah manapun, dari mengenal tubuh, emosi, karakter, aktivitas mental sampai jiwa/ roh/ spirit atau inti di dalam.
Apa gunanya mempunyai ribuan sahabat namun tidak pernah bersahabat dengan diri sendiri, apa hebatnya mampu berkenalan dengan orang penting namun hal yang terpenting yaitu berkenalan dengan diri sendiri tidak pernah sekalipun.
Bukankah "Barangsiapa mengenal dirinya (nafsahu), ia mengenal Tuhannya"? (Man 'Arofa Nafsahu faqod 'Arofa Rabbahu)

SIAPA YANG MISKIN? SIAPA YANG KAYA?


Seorang wanita India kaya pergi ke toko penjual sari dan berkata kepada penjaga toko, "Tolong tunjukkan beberapa sari murah. Ini untuk pernikahan anak saya dan saya harus memberikan kepada pembantu saya."
Selang beberapa waktu, pembantu wanita India itu juga datang ke toko yang sama dan berkata kepada penjaga toko, "Boleh tolong tunjukkan beberapa sari mahal? Saya ingin memberi hadiah kepada nyonya saya pada pernikahan anaknya." Apakah kemiskinan ada di dalam pikiran atau di dalam dompet?
Seorang wanita dengan keluarganya tinggal di sebuah hotel bintang 3 untuk piknik. Dia adalah ibu dari bayi berumur 6 bulan.
"Bisakah saya mendapatkan 1 cangkir susu?" Dia meminta kepada seorang yang kebetulan pemilik hotel bintang 3 tersebut.
"Bisa Bu", dia menjawab, "Tapi itu akan dikenakan biaya."
"Tidak ada masalah", kata wanita itu.
Setelah check-out, wanita dan keluarganya melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Dalam perjalanan, anaknya kembali merasa lapar. Mereka berhenti di sebuah kios teh di sisi jalan dan bermaksud membeli susu dari kios teh tersebut.
"Berapa banyak, bu?" tanya pemilik kios teh. "Kami tidak mengenakan biaya uang untuk susu anak," kata orang tua itu sambil tersenyum. "Beritahu saya jika ibu membutuhkan lebih banyak susu untuk bayi ibu selama perjalanan".
Ibu dari bayi itu mengambil satu cangkir lagi sambil bertanya-tanya dalam hati, "Siapa yang lebih kaya? Pemilik hotel bintang 3 atau pemilik kios teh itu?"

Kadang saat berpacu untuk mendapatkan lebih banyak uang, kita lupa bahwa kita semua adalah manusia. Mari kita membantu orang yang membutuhkan, tanpa mengharapkan balasan. Ini akan membuat kita merasa lebih baik dari apa yang uang bisa lakukan.
Kopi tidak pernah tahu bahwa akan terasa lebih enak dan manis, sebelum bertemu susu dan gula.
Kita baik sebagai individu, tetapi menjadi lebih baik ketika kita bertemu dan berbaur dengan orang yang tepat. Tetaplah terhubung.
Dunia ini penuh dengan orang-orang baik. Jika Anda tidak dapat menemukan satu, jadilah salah satu."

RENUNGAN HIDUP

 
Kita pasti beda usia. Ada yang ngaku muda, tua... Sekedar tolak ukur sukses seseorang?

Pada umur 4 tahun, sukses adalah kalau kita tidak ngompol di celana.
Pada umur 7 tahun, sukses adalah kalau kita tahu jalan pulang ke rumah.
Pada umur 12 tahun, sukses adalah kalau kita punya banyak teman.
Pada umur 17 tahun, sukses adalah kalau kita bisa mendapatkan SIM dan KTP.
Pada umur 23 tahun, sukses adalah kalau kita lulus kuliah.
Pada umur 25 tahun, sukses adalah kalau kita sudah dapat pekerjaan.
Pada umur 30 tahun, sukses adalah kalau kita bisa membangun rumah tangga.
Pada umur 35 tahun, sukses adalah kalau kita mendapatkan harta kekayaan.
Pada umur 45 tahun, sukses adalah kalau kita mampu menjaga penampilan (awet muda).
Pada umur 50 tahun, sukses adalah kalau didikan kita terhadap anak membuahkan hasil.
Pada umur 55 tahun, sukses adalah kalau kita masih sanggup memenuhi kewajiban pasutri.
Pada umur 60 tahun, sukses adalah kalau kita masih mampu mengemudikan kendaraan.
Pada umur 65 tahun, sukses adalah kalau kita hidup tanpa mengidap penyakit.
Pada umur 70 tahun, sukses adalah kalau kita merasa tidak menjadi beban.
Pada umur 75 tahun, sukses adalah kalau kita masih punya banyak teman.
Pada umur 80 tahun, sukses adalah kalau kita masih tahu jalan pulang ke rumah.
Pada umur 85 tahun, sukses adalah kalau kita tidak ngompol di celana.

Loh, balik lagi ya? It’s so natural, so enjoy our life cycle.

SABAR BUKANLAH MENAHAN AMARAH


Gobind Vashdev - Sabar bukan artinya mampu menahan marah. Kalau seseorang merasa marah dan dia mampu memendamnya hingga tidak keluar menjadi ucapan, itu artinya orang itu pandai memendam kemarahan, bukan orang yang sabar.
Mereka yang sabar adalah mereka telah mengerti, memahami dirinya, tatkala seseorang telah sampai pada tingkat pemahaman diri, ia pun akan sangat mudah memahami orang lain, dan di sini, kemarahan juga kebencian tidak mendapat energi untuk bergejolak.

JANGAN BERFIKIR SEMPIT




"Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu." (Mazmur 92:5)

Jangan mencoba untuk menempatkan Tuhan dalam sebuah kotak dengan berpikir bahwa setiap orang harus melakukan hal yang sama. Beberapa orang memiliki pikiran sempit bahwa semuanya selalu terjadi sesuai dengan cara dan metode mereka sendiri. Tidak semua orang yang melayani pekerjaan Tuhan adalah lulusan dari sekolah seminari atau sekolah Alkitab. Tidak semua orang yang memiliki posisi sebagai direktur atau CEO sebuah perusahaan besar lulus dari perguruan tinggi. Beberapa orang mendapatkan on-the-job training. Mereka bukanlah orang-orang yang hanya dapat belajar dari buku, tapi mereka dapat belajar jauh lebih cepat dengan langsung praktek dalam kehidupan sehari-hari.
Kita harus mengerti dan yakin bahwa Tuhan akan mempersiapkan kita dengan cara-Nya sendiri. Cara Tuhan melakukan segala sesuatu seringkali di luar dari apa yang kita pikirkan. Pendiri Microsoft, Bill Gates, keluar dari Harvard pada tahun awalnya tanpa pernah mengecap pendidikan tinggi. Truett Cathy memulai bisnis restoran ayam dengan prinsip-prinsip bisnis yang kuat berbasis Alkitab dan 'Chick-fil-A' kini sudah menjadi jaringan restoran ayam cepat saji terbesar kedua di Amerika Serikat.
Tuhan melengkapi beberapa orang dengan keahlian alami yang sangat kuat dan akal sehat. Sungguh menakjubkan bahwa ada banyak hal telah kita pelajari dalam hidup ini yang bahkan tidak kita sadari sampai saatnya kita dapat menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah. Ada banyak orang yang merasa dirinya tidak memiliki apa yang dibutuhkan untuk dapat mengalami keberhasilan karena mereka tidak memenuhi standar umum yang berlaku.
Hari ini saya mendorong Anda untuk berdoa, "Tuhan, aku tidak ingin meniru orang lain karena aku tidak yakin pada diriku sendiri. Aku ingin mengikuti jalan-Mu, biarlah Tuhan melatih dan memakai aku dalam cara yang Engkau tetapkan untuk aku. Amin."

KEJUJURAN




Tahukah kamu, apa yang paling langka dan hampir punah di dunia ini? Dia adalah kejujuran. Berbohong hanya memberi kesenangan sesaat, karena pada akhirnya dirimu sendirilah yang tersakiti. Jadilah pribadi yang jujur. Kejujuran yang menyakitkan adalah lebih baik dari dusta yang paling manis. Hendaklah kejujuran jangan dibuat barang yang langka.

WHY YOU SHOULD PRAY IN THE MORNING? (MENGAPA ANDA HARUS BERDOA DI PAGI HARI?)


What is so important about morning prayers?
(Apa yang begitu penting tentang doa pagi?)

Prayer in the morning is so important because you meet God before you meet the devil.
(Doa di pagi hari sangat penting karena Anda bertemu Allah sebelum Anda bertemu Iblis.)

You meet God before you meet the circumstances of life.
(Anda bertemu Allah sebelum Anda bertemu dengan keadaan di sekitar hidup Anda.)

You talk to God before you talk to many people.
(Berbicara kepada Allah sebelum Anda berbicara dengan banyak orang.)

You fellowship with God before you fellowship with other people.
(Anda bersekutu dengan Allah sebelum Anda bersekutu dengan orang lain.)

You hear news from Heaven before you receive any breaking news.
(Anda mendengar berita dari Surga sebelum Anda menerima berbagai berita.)

You sit before God before you sit before people.
(Anda duduk di hadapan Allah sebelum Anda duduk di hadapan orang.)

You kneel before God before you kneel down before men.
(Anda berlutut di hadapan Allah sebelum Anda berlutut di hadapan manusia.)

You honour God before you honour people.
(Anda menghormati Allah sebelum Anda menghormati orang.)

You get into His Presence before you get into the presence of people.
(Anda masuk ke hadirat-Nya sebelum Anda masuk ke dalam kumpulan orang.)

You feed your spirit before you feed your body.
(Anda memberi makan roh Anda sebelum Anda memberi makan tubuh Anda.)

You call GOD before you call all other small names.
(Anda memanggil ALLAH sebelum Anda memanggil semua nama lainnya.)

You see GOD before you see yourself in the mirror.
(Anda melihat ALLAH sebelum Anda melihat diri sendiri di cermin.)

You sweep your heart before you sweep your yard!
(Anda membersihkan hati Anda sebelum Anda menyapu halaman Anda.)

APAPUN KONDISI KITA, LAKUKANLAH YANG TERBAIK



Hidup ini bagaikan cuaca, dapat diramal, tetapi sering mendapatkan hasil yang tak terduga. Hal ini terjadi juga dengan George yang pagi itu pamit kepada ibunya untuk ke dokter spesialis tulang. Ia sangat terkejut serta duduk terkulai lemas saat dokter mengatakan bahwa usianya tinggal 1 bulan lagi. Dengan berlinang air mata ia melangkah pulang untuk memberitahukan ibunya yang tinggal seorang diri di rumah.
Dalam perjalanan pulang, sayup-sayup terdengar penggalan lagu “Que sera sera whatever will be will be. The future’s not ours to see. Que sera sera...”
Malam harinya dengan ketakutan yang amat sangat, ia melakukan doa penyerahan diri sebagai berikut: “Tuhan, berilah kekuatan untuk saya mengubah apa yang dapat saya ubah, berilah saya kepasrahan untuk menerima apa yang tidak dapat saya ubah, berilah saya kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaan antara keduanya. Dan yang terakhir Tuhan, biarlah kehendak-Mu yang jadi.”
Karena George sudah mengetahui bahwa usianya tinggal 1 bulan lagi, maka keesokan harinya ia mendaftarkan diri sebagai tentara terdepan untuk berperang bagi negaranya yang saat itu sedang berperang dengan negara lain. Tidak ada rasa takut sama sekali dalam diri George, ia mengeluarkan segala kekuatan dan kepandaiannya dalam berperang, karena ia berpikir bila ia tertembak mati, maka itu jauh lebih baik bagi dirinya, keluarga maupun negaranya.
Tanpa terasa peperangan berlangsung selama kurang lebih 7 bulan, dimana akhirnya mereka dapat mengusir semua musuh-musuh mereka, dan si George mendapatkan bintang kehormatan atas keberaniannya di medan perang. Dan lebih daripada itu, ia masih hidup.

Moral dari cerita di atas:
1. Selama kita masih bernapas, jangan pernah berhenti untuk terus berharap dan berusaha.
2. Lakukanlah segala tugas ataupun pekerjaan kita sebaik mungkin, seolah-olah waktu kita hanya untuk hari ini saja.
3. Setiap detik yang terlewati selalu menyimpan berbagai peluang. Bila kita tidak memanfaatkannya, maka harapan kesuksesan akan meninggalkan kita dengan air mata kegagalan.
4. Jangan pernah putus asa, sekalipun orang lain sudah memvonis kita.
5. Selalu andalkan Tuhan untuk mengatur perjalanan hidup kita ke depan.