TENTANG CAK NUN KITA


Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto - Pada suatu pengajian Cak Nun di Demak, tiba-tiba ada seorang remaja naik ke atas panggung. Dengan sigap panitia acara lantas mengusir remaja laki-laki gila tersebut karena panitia dan masyarakat sekitar tahu bahwa remaja laki-laki tersebut memang terkenal gila betulan.
Di saat ribuan orang menganggapnya gila, hanya satu orang yang mau menyapa hatinya. Cak Nun memanggil remaja laki-laki gila tersebut untuk kembali ke atas panggung. Di saat ribuan orang menganggapnya seperti virus penyakit sehingga harus dijauhi, bahkan kalau perlu diludahi kalau nekat mendekat, Cak Nun langsung mendekap tubuh bocah kesepian tersebut.
Bocah tersebut pun sangat kaget, karena di dunia ini masih ada orang yang mau menyapa hatinya, bahkan memeluk tubuhnya. Tanpa ada rasa jijik sedikitpun. Tanpa ada rasa malu sedikitpun. Sosok berbaju putih tersebut justru memeluknya semakin mesra dan menatap ribuan jama’ah sambil tersenyum. Seolah Cak Nun ingin bilang pada masyarakat Demak, “Ini salah satu anakku.”
Remaja laki-laki itu memang bocah kesepian. Namanya Edy Setiawan. Sudah yatim-piatu, dianggap orang gila pula. Hidup sebatang kara di dunia ini. Tidak ada yang mau menjadi temannya. Mungkin kalau ia mendekati teman-teman sebayanya, ia akan dipukuli agar takut mendekat lagi. Mungkin kalau ia duduk-duduk di warung makan, ia akan langsung diberi krupuk dan diusir.
---
Seorang Muhammad Ai(nun) Nadjib memang manusia berlian. Hati beliau bening, mengkristal indah, dan bisa memancarkan cahaya kasih sayang. Meski luar biasa “mahal”, seorang Cak Nun tidak risih bercengkrama dengan rakyat jelata, bahkan mau memeluk orang gila.
Meski diakui kadar intelektualitasnya oleh profesor-profesor dari negara maju di Eropa Barat, Cak Nun mau mendidik orang-orang di pedesaan yang mungkin kebanyakan hanya tamatan wajib belajar 9 tahun. Bercengkrama semalam suntuk. Mendengarkan keluh kesah. Membesarkan hati. Selama 20 tahun keliling Indonesia tanpa henti. Sudah “jalan kaki” ke lebih dari 1300 desa di 28 provinsi.
Cak Nun tidak mengenal gengsi seperti kebanyakan diri kita. Meski sering keliling dunia di 4 benua, bertemu petinggi-petinggi negara dan pemuka agama taraf internasional, beliau mau berteman akrab dengan kuli-kuli gendong di pasar. Meski sahabat seorang raja (Sultan HB X), beliau tetap mau kumpul-kumpul cekakakan dengan para preman dan para tukang becak.
Meski sangat ditakuti Pak SBY yang konon mengaku seorang presiden, beliau mau menerima telepon dari seorang gelandangan. Beliau tidak risih, bahkan bergembira, mendengar “laporan” pemuda pengangguran 35 tahun yang berlagak intelijen tentang situasi demo di depan DPR.
Meski di-kiyai-kan oleh para kiyai, Cak Nun tetap mau mengadakan pengajian khusus untuk para pelacur di beberapa tempat. Tidak pernah memvonis masuk neraka, tapi untuk membesarkan hati. Para pembaca tulisan saya ini yang dari kalangan pesantren pasti akrab dengan dua adagium ini: Kalau tidak bisa memperbaiki, jangan menambah kerusakan. Menghindari mudharat lebih diutamakan daripada mengharapkan manfaat.
Kalau diri kita tidak bisa menolong para pelacur untuk keluar dari lembah hitam, diri kita jangan juga lantas memutus harapan para pelacur dari kasih sayang Allah. Ingin tampak lebih gagah dan lebih suci? Hanya orang yang tidak gagah dan tidak suci yang butuh pengakuan.
Jangankan membutuhkan pengakuan, bahkan beliau senang menutupi aneka kebesaran yang sudah melekat pada dirinya sendiri. Sekalipun keturunan Imam Zahid, tapi tidak mau dipanggil “gus”. Perlu para pembaca tahu, Imam Zahid itu sahabat Hadratusyeikh Hasyim Asy’ari, sama-sama santri kinasihnya Syaihkona Kholil Bangkalan. Tak heran pula Gus Dur sangat menyayangi Cak Nun, demikian pula sebaliknya.
---
Ketika seorang presiden “menasionalisasi” Lumpur Lapindo, bahkan menyebutnya sebagai bencana alam, akhirnya Cak Nun yang pasang badan untuk 11800 keluarga korban. Cak Nun sendiri yang menelpon Ibu Rosmiyah Bakrie, meminta agar anaknya mau menyantuni puluhan ribu warga Sidoarjo, meski pengadilan telah menyatakan perusahaan anaknya tidak bersalah.
Ketika bentrokan antara perusahaan budidaya udang dengan petambak udang di Tulangbawang sudah memuncak, hingga menewaskan 3 orang dan membuat cukup banyak orang luka-luka, Cak Nun tampil menengahi kedua pihak. Beliau pun meminta diadakannya perubahan paradigma pemerintahan kabupaten Tulangbawang dan pembenahan pada tingkat elit perusahaan. Alhasil, selang beberapa waktu, kedua pihak tersebut tidak hanya rukun, tapi juga semakin sejahtera. Perusahaan budidaya udang semakin laba, para petambak udang semakin sejahtera.
Tentu masih banyak cerita heroik lainnya. Lalu, demi pamrih apakah Cak Nun tampil dimana-mana? Popularitas? Uang?
Jika Anda menganggap perjuangan seorang Muhammad Ainun Nadjib untuk materi dunia, pasti Anda ditertawakan Pak Harto. Sedikit cerita, sejengkel-jengkelnya Pak Harto pada kritikan pedas Cak Nun terkait jalannya Orde Baru, Pak Harto tidak bisa memenjarakan beliau. Pak Harto sangat tahu bahwa beliau tulus orangnya.
Satu-satunya orang yang berani “kurang ajar” pada Pak Harto hanya Cak Nun – semisal lingguh jigang atau berambut gondrong saat di istana – dan Pak Harto tidak bisa marah. Ketika Cak Nun bilang kepada Pak Harto untuk segera mandeg pandhito, Pak Harto hanya diam tersenyum dan mengangguk. Sebab Pak Harto tahu Cak Nun kalau ngomong sesuatu bukan untuk dirinya sendiri. Diiming-imingi saham perusahaan, Cak Nun menolak. Ditawari jabatan menteri pada 1980-an, Cak Nun juga menolak.
Semua perjuangan ikhlas demi rakyat. Orang bisa berbohong dan berhasil membohongi banyak orang, tapi tidak akan bisa bertahun-tahun. Level penipu ulung sekalipun. Sebab manusia digariskan tidak akan tahan menjadi bukan dirinya sendiri lama-lama. Ini rumusnya.
Seorang Muhammad Ainun Nadjib mampu mengayomi rakyat 20 tahun lamanya, tanpa pernah meminta upah seperser pun. Dari 20 tahun lalu hingga detik ini beliau tidak pernah berubah. Selalu mengayomi rakyat.
Ketika dulu masih muda, setelah shalat di mushola, beliau mendapat suatu ilham. Tanpa pikir panjang, beliau segera menelpon saudara-saudaranya di Jombang. Minta dicarikan 4 orang yang sangat miskin tapi akhlaknya baik malam itu juga. Sebab besok paginya beliau akan mengirim uang ke Jombang, untuk ongkos naik haji keempat orang tersebut.
Tetap saja begitu hingga sekarang. Beliau tetap sering mengirimkan uang ke banyak orang miskin. Entah untuk ongkos naik haji, entah untuk modal usaha bikin warung kelontong, entah untuk beasiswa, dan sebagainya.
Apakah persediaan uang tersebut ada dengan jalan meminta? Atau mengajukan proposal? Tidak pernah sekalipun.
Dulu Cak Nun pernah akan diberi cek dengan nominal Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) oleh seorang pengusaha, tapi cek tersebut langsung disobek beliau. Sekadar info, menyobek cek itu aslinya tidak apa-apa, karena uangnya tetap utuh di dalam brangkas bank. ”Kalau ketemu saya lagi, mending ditraktir makan saja,” kata beliau sambil tersenyum.
Ciri-ciri pejuang sejati adalah mampu menghidupi perut dan idealisme dirinya sendiri. Ciri-ciri pejuang sejati adalah mampu menolong orang lain dengan hasil kerja keras dirinya sendiri.
===
Indonesia ibaratnya adalah sebuah kapal yang panjangnya 12,5 kilometer. Kapal raksasa ini mempunyai 39 rusuk. Ada sekitar 15 rusuk yang sudah retak, dan sungguh kapal ini tinggal menunggu waktu untuk tenggelam, kalau tidak diperbaiki. Apalagi 4 dari 5 ruangan utama kapal ini sudah hancur.
Mungkin tidak dalam waktu dekat. Tapi yang jelas, suatu hari Indonesia akan mendatangi kesejatian, karena kepalsuan bersifat sementara dan kegelapan bersifat menghancurkan. Indonesia mau tidak mau akan mengikuti kesejatian, sebab hanya kesejatian yang memiliki perspektif masa depan cerah.
Tulisan ini sama sekali bukan untuk me-monumen-kan Muhammad Ainun Nadjib, karena haram hukumnya mabuk pada seseorang. Ketika saya menulis tentang Cak Nun, Gus Dur, Gus Mus, atau yang lainnya, harapan saya adalah untuk dijadikan uswatun hasanah.
Jika kita menjadikan “Cak Nun” sebagai kata kerja yang cair dan dinamis, bukannya sebagai kata benda yang padat dan statis, maka beliau akan bernasib sama dengan Bung Karno dan Gus Dur kelak. Tidak ada manusia yang hidup abadi, tapi dengan suatu mekanisme cinta, beliau akan bisa tetap selalu hidup... Di hati kita.
Saya tidak berani berharap apa-apa pada Indonesia. Bangsa ini memang tidak butuh Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, maupun Muhammad Ainun Nadjib, karena ketiganya manusia yang agung.
Suatu hari, karena tidak kuat membayar ustadz yang muda, ganteng dan terkenal, akhirnya para TKW di Hong Kong meminta Cak Nun yang datang. Di luar dugaan, Cak Nun hanya mau dengan 3 syarat: 1. Tidak mau dibayar; 2. Tidak perlu dijemput di bandara, dan; 3. Tidak mau tidur di hotel.
Akhirnya, Cak Nun terbang ke Hong Kong dengan kocek sendiri, menuju lokasi naik bus, dan istirahat malam di rumah inap biasa. Ketika ditanya para TKW Hong Kong kenapa sampai berbuat demikian, beliau menjawab, “Aku datang sebagai bapakmu.”
---
Muhammad Ainun Nadjib. Perpaduan antara kedahsyatan dengan kelembutan. Pengayom sebuah bangsa yang yatim.

BAKSO KHALIFATULLAH, BAKSO MEMBAWA BERKAH



Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto - Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul mendistribusikan uang itu ke 3 tempat: sebagian ke laci gerobaknya, sebagian ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.
“Selalu begitu, Pak?” Saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.
“Maksud Bapak?” Ia ganti bertanya.“Uangnya selalu disimpan di 3 tempat itu?”
Ia tertawa. “Iya Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan bukan semua hak saya.”
“Maksud Pak Patul?” Ganti saya yang bertanya.
“Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang merupakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan.”
Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Maksudnya?” Saya mengejar lagi.
“Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang dilaci itu untuk zakat, infaq, qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik haji. Insyaallah sekitar 2 tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH. Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa menjangkaunya.”
Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami orang kecil, jenis ekspresinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.
Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya bilang belum cukup maka saya guncang-guncang tubuhnya. Hati saya meneriakkan “Jazakumullah, masyaallah, wa yushlihu balakum!” Tetapi bibir saya pemalu untuk mengucapkannya. Tuhan memberi ‘ijazah’ kepadanya dan selalu memelihara kebaikan urusan-urusannya.
Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di dalam diri saya tidak terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman yang saya temukan pada prinsip, managemen dan disiplin hidup Pak Patul. Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya: bahwa saya tidak mungkin siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk hidup sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan ikhlas.
Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bisa disebut kelas sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya, tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika mengucapkan kalimat seperti diucapkannya: “Di antara pendapatan saya ini terdapat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan.”
Peradaban saya masih peradaban “milik saya”. Peradaban Pak Patul sudah lebih maju, lebih rasional, lebih dewasa, lebih bertanggungjawab, lebih mulia dan tidak pengecut sebagaimana ‘kapitalisme subyektif posesif’ saya.
30 Tahun silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada penjual cendol yang marah-marah dan menolak cendolnya diborong oleh Pak Kiai Hamam Jakfar Pabelan karena “Kalau semua Bapak beli, bagaimana nanti orang lain yang memerlukannya?”
Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua. Saya butuh 40 batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi uang saya kurang, hanya cukup untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya tawar. Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap memberi saya 40 jagung.
“Lho, uang saya tidak cukup, Pak.”
“Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap.”
“Berarti saya hutang?”
“Ndaaak. Kekurangannya itu tabungan amal jariyah saya.”
Doooh adoooh…! Tompes ako tak’iye!
Di pasar Khan Khalili semacam Tenabang-nya Cairo saya masuk sebuah toko kemudian 1 jam lebih pemiliknya hilang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya. Ketika datang saya protes: “Keeif Inta ya Akh…ke mane aje? Kalau saya ambilin barang-barang Inta terus saya ngacir pigimane dong?”
Lelaki tua mancung itu senyum-senyum saja sambil nyeletuk: “Kalau mau curi barang saya ya curi saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan.”
Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan Allah, masterpiece. Orang-orang besar bertebaran di seluruh muka bumi. Makhluk-makhluk agung menghampar di jalan-jalan, pasar, gang-gang kampung, pelosok-pelosok dusun dan di mana-manapun. Bakso Khlifatullah, bahasa Jawanya: bakso-nya Pak Patul, terasa lebih sedap karena kandungan keagungan.
Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR. Itu baru penjual cendol, belum Menteri dan Dirjen, Irjen, Sekjen. Itu baru pemilik toko kelontong, belum Gubernur Bupati Walikota tokoh-tokoh Parpol. Itu baru penjual jagung bakar, belum Kiai dan Ulama.

(Emha Ainun Nadjib)

FENOMENA AKHIR ZAMAN


● Banyak rumah semakin besar, tapi keluarganya semakin kecil.
● Gelar semakin tinggi, akal sehat semakin rendah
● Pengobatan semakin canggih, kesehatan semakin buruk.
● Travelling keliling dunia, tapi tidak kenal dengan tetangga sendiri.
● Penghasilan semakin meningkat, ketenteraman jiwa semakin berkurang.
● Kualitas ilmu semakin tinggi, kualitas emosi semakin rendah.
● Jumlah manusia semakin banyak, rasa kemanusiaan semakin menipis.
● Pengetahuan semakin bagus, kearifan semakin berkurang.
● Perselingkuhan semakin marak, kesetiaan semakin punah.
● Semakin banyak teman di dunia maya, tapi tidak punya sahabat yang sejati yang nyata
● Minuman semakin banyak jenisnya, air bersih semakin berkurang jumlahnya.
● Pakai jam tangan mahal, tapi tak pernah tepat waktu.
● Ilmu semakin tersebar, adab dan akhlak moral semakin lenyap.
● Belajar semakin mudah, guru semakin tidak dihargai.
● Teknologi informasi semakin canggih, fitnah dan aib semakin tersebar.
● Orang yang rendah ilmu banyak bicara, orang yang tinggi ilmu banyak terdiam.
● Tontonan semakin banyak, tuntunan semakin berkurang.

Coba direnungkan apakah kita semua bagian dari hal tersebut di atas?

CLEANING SERVICE



Erizeli Jely Bandaro - Seorang teman yang berprofesi sebagai konsultan SDM bercerita kepada saya bahwa dia sangat terkejut ketika dia mengajukan nama yang pantas mendapatkan penghargaan dari perusahaan tetapi pemimpin perusahaan menolak nama-nama yang dia ajukan, padahal dalam daftar tersebut adalah nama para pemimpin perusahaan dan kemudian para manager yang berprestasi di bidang pemasaran dan produksi.
"Lantas siapa yang pantas mendapatkan penghargaan?" Tanya saya. Teman itu tersenyum. Yang berhak adalah cleaning service. Dalam acara gala dinner pemberian penghargaan, pemimpin perusahaan mengatakan bahwa begitu banyak pretasi yang dicapai perusahaan dari tahun ke tahun, namun itu hanya prestasi yang dapat naik dan dapat juga turun. Tapi ada nilai-nilai perusahaan yang juga nilai kepemimpinan organisasi yang tak pernah turun, yaitu menghargai peran kecil orang lain.
Dapatkah dibayangkan bila salah satu mitra strategis perusahaan tergelincir di toilet hanya karena cleaning service tidak bekerja dengan benar. Ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Tapi peran kecil yang strategis itu tidak pernah kita lihat. Kita sibuk menepuk dada dengan segala keberhasilan kita dan pada waktu bersamaan kita merendahkan diri kita sendiri. Cleaning service itu pantas disebut sebagai pahlawan bagi perusahaan.
Walau penghormatan diberikan kepada clearning service secara seremonial namun pahlawan sesungguhnya adalah pemimpin itu sendiri. Karena dia bisa mengalahkan dirinya sendiri untuk tidak ingin dipuji dan dihormati. Pemimpin itu telah memberikan teladan kepada semua bawahannya bahwa ketika prestasi dicapai, maka yang pertama dilakukan adalah mengingat siapa yang terlupakan dan pantas mendapatkan penghargaan. Bukannya berlomba tampil di depan untuk dipuji dan membanggakan diri.
Kebanggaan diri hanya akan membuat orang sombong. Kadang karena kesombongan itulah potensi terpendam orang menjadi hilang begitu saja. Prestasi hanya mungkin terukir oleh motivasi tanpa mengharapkan pujian, tapi berbuat untuk kepentingan orang lain. Ketika kepentingan orang lain dibela, maka pada waktu bersamaan seseorang menjadi bernilai. Inilah yang disebut dengan dedikasi atau pengabdian terhadap tugas. Tak semua orang menjadi pemimpin, harus ada yang jadi bawahan atau yang bekerja di toilet, namun dimanapun ia berada, ia seharusnya menjadi sebaik-baiknya dirinya untuk orang lain.

KEHEBATAN




Erizeli Jely Bandaro - Anakku, kehebatanmu bukan karena kekayaan yang kamu punya, tapi karena integritas dan kemampuanmu memberikan pengaruh positif bagi orang di sekitarmu. Jangan tebarkan kebencian atau hal negatif kepada siapapun. Kebencianmu tidak akan mengubah apapun kecuali membuat dirimu semakin rusak.
Kau tidak diwajibkan mengubah orang lain, tapi mengubah dirimu sendiri agar lebih baik dan orang di sekitarmu menirumu menjadi baik pula. Atau setidaknya mereka menilaimu pantas untuk dicintai dan didengar.

TITIK TERENDAH PUNCAK KARIR



18 Januari 2016, myfunshare.com - Pernah mendengar nama Joe Girard? Ia adalah the best salesman in the world & satu-satunya salesman yang namanya tercatat dalam rekor dunia.
Tapi taukah Anda rahasia terbesar Joe Girard sampai ia mampu mencapai puncak prestasi tersebut?
Begini ceritanya. Dulu, Joe Girard cukup Sukses di bisnis properti, Namun ia sempat mengalami kerugian. Bisnis propertinya hancur & ia berhutang US$ 60.000. Saat bangkrut, istrinya berkata kepadanya: "Joe, kita tidak punya makanan apapun lagi di rumah. Anak-anak minta makanan," Itulah titik terendah dalam hidupnya.
Akhirnya ia harus mengemis kepada pemilik dealer mobil untuk bisa bekerja di sana. Ia pun di terima. Singkat cerita, ia pun kini tercatat sebagai the best salesman in the world dengan menjual mobil di tempat ia bekerja tsb.
Bayangkan, ia berhasil menjual 13.001 mobil selama 15 tahun karirnya.
'Lalu apa rahasia kesuksesannya? Simak perkataan Joe Girard berikut ini: "Semuanya dimulai dari titik terendah yang saya alami dalam hidup. Kalo seandainya tidak ada titik terendah itu, mungkin saya tidak akan melesat ke atas. Ketika sampai di titik terendah, kemana lagi Anda bisa bergerak selain memantul ke atas?"

Apa hikmahnya? Titik terendah dalam hidup adalah momentum paling tepat untuk mencapai puncak karir. Jika saat ini Anda sedang berada dalam titik ini, ayo bangkit! Hukumnya jelas: INGINKAN dan DAPATKAN!

http://myfunshare.com/detailpost/titik-terendah

GIVE AND GIVE



Pada jaman Tiongkok kuno, ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing galak. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar domba-domba petani. Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tapi ia tidak mau peduli. Suatu hari anjing-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa domba, sehingga terluka parah. Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang Hakim.
Hakim itu mendengarkan cerita Petani itu dan berkata: "Saya bisa saja menghukum Pemburu itu, memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya, tapi Anda akan kehilangan seorang sahabat dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, sahabat atau musuh yang jadi tetanggamu?”
Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang sahabat. "Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi yang mana Anda harus menjaga domba-domba Anda, supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman”.
Mendengar solusi Pak Hakim, Petani itu setuju. Ketika sampai di rumah, Petani itu segera melaksanakan solusi Pak Hakim. Dia mengambil 3 domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada 3 anak tetangganya itu, yang mana mereka menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut.
Untuk menjaga mainan baru anaknya, Si Pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah mengganggu domba-domba Pak Tani.
Sebagai rasa terima kasih atas kedermawanan Petani kepada anak-anaknya, Pemburu itu sering membagi hasil buruan kepada petani. Sebagai balasannya, Petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi sahabat yang baik.

Jika Anda berkumpul dengan serigala, Anda akan belajar melolong, Jika Anda bergaul dengan rajawali, Anda akan belajar cara terbang mencapai ketinggian yang luar biasa.
Kenyataan yang sederhana tetapi benar bahwa Anda menjadi seperti orang yang bergaul dekat dengan Anda. Karena itu, carilah sahabat sejati. Anda boleh memiliki segala-galanya, namun hidup tidak akan bahagia tanpa sahabat sejati. Persahabatan tidak ada sangkut pautnya dengan harta, jabatan dan popularitas. Persahabatan yang didapat dari uang, pangkat dan ketenaran bukan persahabatan sejati, melainkan hanya pergaulan dangkal yang penuh kepalsuan, yang egois, materialistis, munafik dan penuh kebohongan.
Persahabatan sejati lahir dari kasih, ketulusan, kepercayaan, kejujuran, kesetiaan dan kebersamaan. Itu sebabnya persahabatan itu indah, tidak dapat dinilai dengan harta benda, tidak dapat diperjualbelikan. Sudahkah Anda memiliki persahabatan sejati dalam hidup ini?
Apa sesugguhnya arti dari sahabat? Sahabat adalah orang yang selalu ada di dekat kita. Orang yang menangis dan tertawa bersama dengan kita. Orang yang tidak menjauhi kita saat kesulitan datang dalam hidup kita. orang yang selalu menemani saat kita membutuhkan teman. Lebih dari itu sahabat sebenarnya adalah orang yang bisa melihat dan menegur kita serta berbicara dari hati ke hati.
Sebuah ungkapan Tiongkok kuno mengatakan, “Cara terbaik untuk mengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan." Give and give, not take and give.

KATA PAK AHOK



Inilah beberapa petikan kata-kata Pak Ahok yang selalu membangunkan tidurku dan juga mungkin tidurmu:

1. Gua memang Cina, tapi gua dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia. Apa salah kalo gua ingin membangun Indonesia bersih dari sistem korup?

2. Ingat saja pepatah tiongkok, sebelum bunyi 4 paku di atas peti mati kamu, kamu tidak bisa nilai orang lain itu baik atau buruk, nanti kamu baru tahu apa yang saya kerjakan.

3. Kalaupun gua harus mati memperjuangkan kepentingan orang banyak, lu kagak bisa beli cara mati gua bos.

4. Saya bilang ke istri, apapun yang terjadi kamu jangan pernah menyalahkan Tuhan. Tuhan nggak pernah salah! Jika saya nanti mati karena melawan korupsi, tulis di pusara saya: mati adalah keuntungan. Jika perlu pakai 3 bahasa, Indonesia, Mandarin dan Inggris. Itupun kalau mayat saya ketemu.

5. Jika kepalanya lurus, maka yang di bawahnya tidak berani untuk tidak lurus.

6. Bedanya, kami melakukan pendidikan politik untuk menyadarkan rakyat untuk memilih pemimpin yang bersih, transparan dan profesional, bukan memilih karena diberi baju, kaos, atau uang.

7. Yang dibutuhkan calon pemimpin bukan suara rakyat saja, tetapi bagaimana mendapatkan hati rakyat, terus mencari dan memotivasi pemuda-pemuda idealis, terdidik dan mampu secara ekonomi untuk tidak apatis.

8. Bukan sebaliknya mengatasnamakan Tuhan, tetapi menikmati hidup atas penderitaan rakyat miskin.

9. Anda tak perlu harus angkat senjata atau menyabung nyawa seperti pejuang kemerdekaan kita dulu, cukup jangan korupsi saja. Itu sudah menolong negara.

10. Karena orang miskin akan terus ada. Sampai kiamat pasti ada orang yang kurang beruntung.
Tidak selamanya orang miskin dilupakan. Untuk itulah pemerintah seharusnya ada.

11. Kita semua ini munafik. Curi uang rakyat dikatakan tidak dosa. Main cewek diam-diam dikatakan tidak dosa.

12. Jika sistem demokrasi kita nggak pilih orang baik, maka orang tidak baik yang berkuasa.

13. Saya sudah muak dengan semua kemunafikan itu. Setiap hari harus dengar keluhan warga seakan-akan selama ini negara tak pernah ada.

14. Jangankan dipanggil angket, dipanggil Tuhan saja saya sudah siap koq. Saya tahu resiko melawan arus di republik ini.

15. Kalau KPK sampai menjadikan saya tersangka dengan alasan tidak jelas, berarti takdir saya juga melawan oknum KPK. Top banget, republik ini saya lawan semua.

16. Saya akan berhenti jadi pemimpin jika semua pejabat berkelakuan baik.

17. Bicara saya memang kasar, tapi saya takkan pernah mencuri uang rakyat .

18. Haknya rakyat dibajak sekelompok politisi. Sekelompok orang yang merasa mewakili rakyat.

19. Saat ini banyak kepala daerah yang tidak memikirkan rakyat. Kepala daerah yang dipilih DPRD hanya berkonsentrasi bagaimana caranya agar anggota dewan senang agar pertanggungjawabannya dapat diterima dan menjaga posisinya tetap aman.

20. Yang namanya bupati, walikota dan gubernur itu nggak pernah ngurusin rakyat. Dia cuma mikirin ngurusin DPRD , karena kan yang milih dia balik ke DPRD. DPRD jadi raja, karena itu rakyat memberontak. Lagipula kita nggak merasa diwakilin DPRD kok.

21. Saya siap pasang badan. Saya siap mati demi membela kepentingan masyarakat Jakarta. Jika ada yang macam-macam, saya yang hadapi!

BILA KEHILANGAN SESUATU, PASTIKAN ANDA TIDAK KEHILANGAN PELAJARANNYA


Gobind Vashdev - Kemarin HP saya tertinggal di travel Jkt-Bdg dan yang menemukan belum berniat mengembalikannya, ijinkan saya share 8 pelajaran yang saya dapat:

1. Setiap mendapatkan sesuatu/seseorang sadari bahwa benda itu pasti akan meninggalkan kita atau kita tinggalkan.
2. Daripada sedih, bersyukurlah karena diberi kesempatan pernah memiliki benda itu atau bersama orang itu.
3. Berterimakasihlah karena alam memberikan pelajaran melepas tingkatannya jauh lebih tinggi daripada pelajaran meraih.
4. Jangan marah/memaki/menyumpahi orang yang mengambil karena setiap orang hanya melakukan sesuatu sesuai tingkat kesadarannya.
5. Ketika kita menyumpahi orang yang mengambil HP kita itu sama seperti kita meminum racun dan berharap dia yang mati.
6. Berusahalah mencari, bila tak berhasil, berdoalah semoga yang menemukan memang sedang memerlukannya dan berguna untuk hidupnya.
7. Bila data belum di-back up, itu artinya alam meminta kita bersilaturahmi dengan teman-teman yang sudah lama tidak dihubungi.
8. Dan akhirnya sadarilah bahwa manusia tidak pernah kehilangan apa-apa, karena kita tidak pernah memiliki apa-apa.

Salam bahagia.

PARADOKS KEHIDUPAN



Gobind Vashdev - Sadarilah paradoks kehidupan ini. Seperti untuk membangun kita perlu menggali terlebih dahulu, begitu pula untuk menumbuhkan kita perlu menanam.
Pada tingkatan fisik untuk melepaskan rasa sakit, kita perlu menyadari dan merasakan rasa sakit itu. Juga pada tingkatan bathin, untuk merelakan kesedihan dan kemarahan pergi, kita perlu memeluknya hingga cair.
Seperti kupu-kupu yang hanya bisa terbang setelah berpuasa dalam kepompongnya, begitu juga manusia yang kesadarannya sudah melangit, pastilah ia telah mengendapkan dirinya cukup dalam.
Semakin rendah hatimu semakin terang sinarmu, semakin tinggi hatimu semakin redup jiwamu.
Mereka yang paling kaya adalah mereka yang paling sedikit keinginannya, sementara yang miskin adalah yang paling banyak mempunyai keinginan.
Dengan melepas kita menerima arus semesta, dengan menggenggam kita menghambatnya.
Untuk melihat kita perlu menutup mata, untuk mendengar kita perlu menutup telinga, dan untuk benar-benar hidup tidak ada lain, kita harus mati.
Matilah sebelum kematianmu tiba.