UANG


Erizeli Jely Bandaro - 13 November 1861. Seorang Pendeta bernama Watkinson menulis surat kepada pemerintah Amerika agar pada mata uang Amerika diberi tulisan "In God we trust". Alasannya adalah "No nation can be strong except in the strength of God" (Tidak ada bangsa bisa kuat kecuali kekuatan berasal dari Tuhan). Itulah sejarahnya mengapa pada mata uang dollar ada tulisan "In God We trust". Ketika itu sang pendeta hanya mengingatkan kepada pemerintah Amerika, tapi tidak memberikan cara bagaimana menempatkan hanya Tuhan yang wajib dipercaya.
Teman saya di China pernah bercerita ketika Deng ditunjuk sebagai presiden China, dia mengundang seluruh tokoh masyarakat dari golongan agama untuk memberikan masukan atas rencana reformasi ekonomi China. Salah satu tokoh agama yang beragama Islam memberikan saran agar jangan sampai China menjadikan uang sebagai Tuhan. Kalau itu terjadi, bukan hanya Partai Komunis yang akan hancur, agama pun bisa hancur. Tokoh agama itu bukan hanya memberikan peringatan, tapi juga memberikan saran bahwa negara harus berkuasa atas uang dan memastikan uang tidak liar sebagai alat perbudakan.
Berjalannya waktu, Amerika berkali-kali mendulang nestapa akibat krisis moneter. Negara selalu jadi pesakitan dan rakyat menjadi korban, sementara orang kaya semakin kaya. Mengapa? Amerika tidak punya cara bagaimana berkuasa atas uang. Walau di dalam mata uang ada tertulis "In God we trust", namun uang dikendalikan oleh pasar dan menjadi Tuhan baru bagi rakyat Amerika. Sementara China, berapa kurs RMB sebenarnya? Berapa jumlah pasti devisa China? Rakyat tidak tahu kecuali negara. Makanya uang tidak bisa diperdagangkan secara umum. Simpan uang di bank, kena pajak progressive, Semakin banyak semakin besar pajak. SImpan uang di rumah, semakin lama semakin rusak, karena kertas uang dibuat dengan kualitas mudah rusak. Simpan di luar negeri, tidak boleh. Ya, uang benar-benar omong kosong.
Bila Amerika semakin lama semakin tersandera dengan hutang, namun China semakin lama semakin menikmati financial freedom. Pejabat China berkata kepada saya bahwa bIla Anda men-Tuhan-kan uang, maka Anda akan disandera oleh uang sehingga kehilangan akal sehat. Seharusnya uang hanya alat ekonomi dan fungsinya bukanlah ekonomi, tapi sosial. Dengan begitu, maka uang tidak menumpuk di bank memanjakan orang menikmati hasil ( bunga) tanpa kerja, tapi di industri yang menampung angkatan kerja dan menghasilkan barang yang murah untuk mensejahterakan semua orang. Itulah pemahaman tentang uang bagi China! Bagaimana dengan kita?

MENGAPA KAU INGIN KAYA?



Gobind Vashdev - "Kalau saya kaya kan, bisa bantu banyak orang,"
jawaban yang terdengar klise namun masih terasa efektif untuk dipakai sebagai pendorong seseorang bekerja mengkoleksi harta.
Saya tidak anti kekayaan apalagi orang kaya harta. Orang super kaya bukanlah sasaran tembak rasa iri kita, bukan pula pertambangan yang perlu dikeruk. Saya percaya pada hukum-Nya, mereka yang sedang mengkoleksi banyak pasti sebelumnya telah memberi banyak.
"Mengapa Anda ingin kaya materi?" Adalah pertanyaan yang perlu direnungkan lebih dalam daripada sekedar menjawabnya dengan jawaban di atas.
Darimana uang yang Anda kumpulkan? Apakah Anda yakin bahwa uang yang menyokong tabungan Anda didapatkan dari orang yang lebih kaya dari Anda atau sebaliknya, dengan kepintaran Anda memanfaatkan yang miskin?
Apakah Anda yakin setelah mendapat uang banyak secara presentase Anda menjadi lebih dermawan pada orang lain? Dan saat ini berapa % dari penghasilan Anda yang Anda sumbangkan?
Kalau sekarang saja jarang menyumbang, apa jaminannya nanti kalau kaya akan menyumbang lebih banyak?
Bukankah fakta yang terjadi, semakin kaya semakin banyak keinginan serta ketakutan? Sehingga semakin sedikit menyumbang?
Lalu bila Anda jadi membantu orang, perasaan apa yang muncul?
Apakah Anda merasa bahagia karena posisi tangan Anda di atas?
Apakah Anda yakin itu bukan ego Anda yang ingin terlihat lebih hebat dan superior dibanding orang yang menerima pemberianmu?
Jujurlah, apakah Anda ingin kaya karena ingin mendapatkan penghormatan, penghargaan, penerimaan, pengakuan atau pujian?
Apakah Anda punya batasan untuk mengatakan "cukup"? Apakah Anda yakin kalau sudah mencapai impian Anda akan mengatakan cukup?
Kalau Anda sudah menjawabnya dan yakin mampu melaksanakan semua itu, pergi dan kumpulkan pundi-pundi itu, namun selalu sadarilah bahwa tidak pernah harta membawamu pada kepuasan, melainkan sikap bathin seperti pertapa di cerita di bawah inilah yang membuatmu berkelimpahan:
Sebuah berita berhembus di penduduk desa tentang sebuah batu permata bernilai selangit yang dimiliki seorang petapa sederhana yang tinggal di pinggiran hutan.
Setelah bertahun-tahun, seorang pemuda pemberani mendatangi petapa tersebut, bukan hanya ingin bertanya, namun juga ingin meminta batu mulia itu. “Ini ambil, ini untukmu,” kata petapa itu tanpa beban.
Pemuda itu kegirangan dan pergi setelah mengucap terima kasih. Malam datang, namun pemuda yang beruntung ini tidak bisa tidur, pikirannya tidak bisa diam.
Tanpa mampu menunggu matahari terbit, pemuda ini pergi kembali ke tempat petapa itu dengan batu di tangan dan kesesakan di pikirannya.
Di depan petapa itu, dia menyodorkan kembali benda yang belum genap 24 jam menjadi miliknya itu, sambil berkata, “Hai orang suci, ambilllah permata ini kembali, namun berikan hati penuh ikhlas yang mampu memberikan intan ini.

BIKIN HARU, KISAH ANTASARI ASHAR: SEMUANYA TERJUAL, "NANTI NAIK ANGKOT SAJA!"


Roda kehidupan terus berputar. Terkadang di atas, dan tak jarang berubah menjadi di bawah. Begitu sebaliknya. Siap ataupun tidak siap. Salah ataupun benar seseorang tersebut di posisinya.
Seperti kisah dari tokoh yang satu ini, Antasari Azhar, mantan ketua KPK. Harta dan jabatan seketika terenggut dari Antasari Azhar selepas kasus pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnen mencuat.
Dia dicopot oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari jabatannya sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Antasari juga harus mendekam di penjara karena divonis 18 tahun penjara. Hakim menganggap dialah otak dibalik pembunuhan itu.
Semenjak tidak lagi bekerja dan disibukkan dengan kasus hukum, keluarga Antasari terpaksa menjual mobil dan berbagai perhiasan untuk bertahan hidup.
Cobaan itu dihadapi Antasari dengan santai. Dia mengaku, karena tak lagi mempunyai kendaraan, selepas bebas nanti, dia ingin pulang ke rumah menggunakan angkot.
"Sekarang nggak punya mobil. Sudah dijual. Gampanglah (setelah bebas), nanti saya naik angkot," kata Antasari dalam wawancara dalam program Aiman di Kompas TV yang tayang pada Sabtu (16/1/16).
Antasari rupanya juga sudah mulai menyurvei angkot yang harus dinaikinya nanti ketika bebas. "Ada itu angkot jurusan BSD," seloroh mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan itu.

Berutang kepada keluarga
Selama menjalani tugasnya sebagai jaksa hingga pimpinan KPK, Antasari mengaku selalu menomorduakan keluarga.
Dia mengungkapkan, pekerjaan yang menumpuk membuat dirinya harus rela meluangkan waktu lebih untuk bekerja daripada berkumpul bersama istri dan anak-anak tercinta.
Saat tersandera kasus pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnaen, Antasari baru menyadari, hanya keluarga yang selalu setia mendampinginya.
Selama mendekam di penjara, kenang Antasari, praktis keluarganya tak memiliki pemasukan apa pun.
"Saya 32 tahun penegak hukum, tidak pernah berbisnis. Jadi, pemasukan saya betul-betul profesional, hanya mengharapkan gaji. Oleh karena itu, saat saya ada di dalam dan di luar, tentu keluarga langsung merasakan bedanya," papar Antasari.
Pria kelahiran Pangkal Pinang, 18 Maret 1953, ini merasa tak enak hati tatkala istrinya datang berkunjung. Satu per satu perhiasan tak tampak lagi dikenakan.
"Saya salut dengan istri saya. Sia bisa manage keuangan rumah tangga, sedimikian rupa. Penghasilan saya di KPK Rp 62 juta/bulan, masuk ke rekening, oleh istri saya dipisahkan dengan rekening pribadinya. Dari situ dia manage untuk keluarga," imbuh Antasari.
Dua putrinya, dia melanjutkan, juga melakukan hal yang sama. Putri sulungnya yang menempuh pendidikan dokter langsung banting setir mencari pekerjaan lain.
Sementara itu, anaknya yang kedua, yang awalnya bercita-cita bekerja di Bapepam, kini juga sudah bekerja di tempat lain. Tak ada keluh kesah dari keluarga akan kodisi Antasari.
Maka dari itu, apabila bebas nanti, ada dua hal yang akan dilakukan Antasari, yakni meluangkan waktu bersama keluarga dan mengganti semua barang yang telah dikorbankan keluarga untuk bertahan hidup.
"Selama ini saya telah membuang waktu saya untuk kantor dan untuk negara. Saya ingin mengganti apa yang sudah istri saya keluarkan," sesal Antasari.

Jangan ganggu lagi
Lebih lanjut, Antasari juga menyatakan tidak berniat kembali terjun ke dalam pergerakan anti-korupsi setelah bebas bersyarat pada November 2016.
Dia mengungkapkan, risiko mendapatkan jabatan telah diterimanya saat ini. Bahkan, ia menganggap risiko itu sangat berlebihan karena dia bukanlah pelaku pembunuhan itu.
Pihak keluarga, menurut Antasari, memintanya untuk tidak lagi memangku jabatan apa pun.
"Saya tidak kapok, tetapi demi menjaga perasaan keluarga, sebaiknya saya berhenti dan ngemong cucu," kata dia.
Antasari pun berharap agar wawancaranya ini tidak dipolitisasi siapa pun. Meski menyatakan kasusnya penuh rekayasa, Antasari mengaku tidak akan membalas dendam kepada siapa pun.
Hal ini disampaikan Antasari karena dia khawatir, pembebasan bersyarat yang seharusnya dilakukan pada November 2016 menjadi terkendala oleh orang-orang yang merasa terancam.
"Orang gundah, wah bahaya nih Antasri kalau bebas nanti, dia kan cerita tentang kasus-kasus. Saya ndak. Yang sudah, sudah... Saya ingin tatap ke depan dengan istri, anak, dan cucu. Jangan ganggu saya, jangan ganggu lagi!" tutup Antasari Azhar.

http://tolongshare.beritaislamterbaru.org/2016/04/bikin-haru-kisah-antasari-ashar.html

ANJING INI MENUNGGU MAJIKANNYA DI STASIUN BUS 7 HARI 7 MALAM


Kisah tentang anjing setia dari Jepang, Hachiko, sudah tidak asing lagi di telinga kita. Belakangan ini, muncul juga berita mengenai seekor anjing di Tiongkok, anjing ini dibuang oleh majikannya, dan ia pun menunggu majikannya di stasiun bus selama 7 hari 7 malam.
Anjing ini bernama Wang Zi. Setelah orang-orang di jalan mengunggah foto-fotonya di internet, anjing ini pun mulai terkenal dan beberapa orang terkadang sengaja pergi ke stasiun bus untuk memberinya makan dan minum.
Wang Zi terus berdiam di tempat, memperhatikan setiap orang yang turun dari bus dan orang yang lalu-lalang di depannya, terus berharap majikannya akan datang menjemputnya.
Meskipun sudah banyak orang yang ingin memeliharanya, namun Wang Zi sama sekali tidak ingin pergi dari tempat itu. Sampai pada akhirnya, seorang dokter hewan tidak tega melihatnya seperti itu, dan ia pun membawa anjing tersebut ke rumah sakit. Wang Zi pun diperiksa, dimandikan dan dirawat disana.
Karena berita mengenai penungguan Wang Zi menyebar dengan cepat, akhirnya majikan lamanya kembali mencarinya ke rumah sakit hewan dan membawanya pulang kembali. Saat diwawancarai, majikan ini mengatakan bahwa sebenarnya ia sangat menyayangi Wang Zi, hanya saja sejak memelihara Wang Zi, kesehatan tubuhnya merosot. Pihak keluarga mengatakan bahwa Wang Zi adalah pembawa sial, sehingga majikan pun memutuskan untuk membuangnya di jalanan.
Saat Wang Zi melihat majikannya datang ke rumah sakit, ia pun langsung bersemangat! Dengan ekor yang bergoyang, Wang Zi berlari menghampiri majikannya, majikannya pun membawa Wang Zi kembali ke rumah pada hari itu. Bagi para anjing, majikan adalah segalanya, jadi kalau kamu sudah memutuskan untuk memelihara anjing, ingat harus pelihara mereka sampai akhir hidup ya!
Yuk, kita sebarkan kisah anjing setia ini ke teman-teman, semoga para majikan yang melihat pun dapat disadarkan bahwa mereka tidak boleh membuang binatang peliharaan sembarangan!

http://www.cerpen.co.id/post_136391.html

JAKARTA BUTUH AHOK


Yusuf Muhammad - Apa yang dilakukan Ahok sebagian sudah islami, cuma Ahok tak menjalankan sholat saja. Bukti yang dilakukan Ahok sebagian sudah mencerminkan nilai islam yaitu:
1. Tiap tahun Ahok mengeluarkan zakat, meskipun sebenarnya tidak dihitung zakat karena dia non-muslim, tapi dia telah melakukan ajaran tentang zakat seperti yg diajarkan oleh agama Islam.
2. Masjid yg terlihat tak layak dan kurang indah direnovasi dan diperbesar.
3. Masjid Balaikota Jakarta yg selama puluhan tahun tak ada, tapi baru di era Ahok masjid dibangun sangat megah.
4. Puluhan penjaga masjid dan mushola di Jakarta diberangkatkan umroh oleh Ahok.
5. Ahok berkeinginan anak2 di Jakarta bisa hafal Al-Qur'an dan memahami benar makna dari ayat2 suci Al-Qur'an.
6. Puluhan tahun warga yg hidup dibantaran kali dan lingkungan kumuh dibuatkan Rusun dan dengan berbagai fasilitas seperti naik bus gratis, berobat gratis dll.
7. Sampah2 yg ada secara intens dibersihkan oleh petugas PPSU atau yg sering disebut pasukan 'orange'.
8. Tukang sapu jalan, tukang kebun dan pasukan orange mereka digaji 3,1 jt yg ditransfer langsung ke rekening tanpa potongan apapun. Sebelumnya mereka hanya digaji sekitar 800rbu di era Foke.
9. Sungai2 tampak semakin bersih dan mulai sehat karena rutin dibersihkan oleh pasukan orange Ahok.
Saya jadi malu ketika ada saudara saya yang terus berterik "Ahok dzolim, Ahok Cina kafir, Ahok kejam dan lainya pokoknya semua yang buruk disematkan buat Ahok.
Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa orang yg kalian hina dan jelek2an itu ternyata telah banyak melakukan perubahan positif di Jakarta. Gubernur yg kalian katakan kafir itu ternyata lebih paham dan serius menjalankan ajaran Rosulullah SAW yaitu "Kebersihan adalah sebagian dari iman".

Jakarta itu butuh Ahok, tidak butuh mereka yang masuk dalam gerakan " ORANG KITA DAN ORANG GILA"

KARTINI DARI PANTURA


Budi Setiawan - Adakah Anda mengenal Irma Bule? Tidak tahu? Baiklah saya ceritakan siapa dia. Irma Bule adalah penyanyi dangdut asal Karawang yang tewas dipatuk Ular Kobra, Minggu 3 April 2016 lalu. Warga Kampung Pawarengan, Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Karawang yang berusia 29 tahun dengan nama asli Irmawati itu memang dikenal sebagai penyanyi dangdut dengan atraksi menari dengan ular.
Tapi nahas bagi ibu 3 anak balita itu. Saat berjoget ia tidak sengaja menginjak ekor ular cobra yang diajak manggung. Ular yang sangat berbisa itu mematuk pahanya. Dia sempat terjatuh dan terkulai.. Sang pawang ular minta Irma bule tidak melanjutkan pertunjukkannya. Namun istri seorang buruh pabrik itu menolak diobati dan tetap bernyanyi dan bergoyang selama 45 menit..Setelah rehat barulah, Irma Bule tersungkur pingsan dan dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong.
Video detik-detik Irma digigit ular tersebar di You Tube dan sudah dilihat lebih dari 1,4 juta orang. Beritanya yang tragis tidak hanya mendapat liputan luas di dalam negeri melainkan juga media luar negeri. Tidak kurang 110 media asing memuat kejadian tragis tersebut, termasuk media ternama The Washington Post, Fox News, Majalah Time, Daily Mirror dan the Telegraph Inggris. Bahkan.media Rusia, Bosnia, India, Argentina sampai Nigeria pun memberitakan peristiwa yang tidak lazim itu.
Berdasarkan literatur, bisa Ular Kobra membunuh makhluk hidup yang digigitnya hanya dalam hitungan di bawah 5 menit. Namun Irma Bule bisa bertahan sampai 45 menit. Ini adalah rekor dunia!
Ada spekulasi lamanya bisa ular itu bekerja karena Irma terus bergerak dan ada sugesti untuk terus tampil hingga berhasil menghambat perambatan racun ganas itu..Baru setelah aktivitas geraknya melambat, bisa ular itu langsung melesat melumpuhkan otot-otot jantung penyanyi malang itu. .
Pertanyaannya, mengapa Irma Bule tidak berhenti ketika Ular Kobra mematuknya. Tidak seorangpun yang bisa menjawab pasti.
Namun berkaca pada latar belakang keluarganya yang miskin, daya juang Irma-lah yang mungkin membuat dia bisa bertahan selama itu. Dia tetap bertahan berjoget dan bernyanyi karena mungkin khawatir bayarannya yang cuma 500 ribu sekali manggung itu hilang.
Dia mendapat bayaran lebih dari pendangdut yang cuma nyanyi saja. Dialah yang menciptakan tarian dangdut ular agar laris dipanggil. Itulah yang hanya dia bisa lakukan sejak SMP. Melakukan apa yang dia bisa untuk bertahan dan keluar dari kemiskinan yang terus mencengkeram.
Kemiskinan di Pantura yang jaraknya hanya selemparan batu dari Jakarta, memaksa penduduknya berjuang apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kaum perempuannya. Banyak yang menjadi PRT atau TKW. Banyak perempuan Pantura yang nikah muda kemudian menjadi janda hanya untuk mendapat KTP supaya bisa pergi menjadi TKW ke luar negeri.Yang tidak beruntung terperangkap di dunia hitam dan menjadi korban sindikat perdagangan manusia.
Sementara yang mengais rejeki di seni,seperti Irma Bule dan ratusan penyanyi dangdut amatiran lain harus rela berkeliling dari kampung ke kampung sampai dini hari hanya untuk beberapa ratus ribu saja. Mereka merelakan tubuhnya dijamah sambil mengundang dengan kata-kata sensual para lelaki berkantong tebal untuk naik ke panggung agar mau bermurah hati menyelipkan lembaran seribuan dan lima ribuan lecek di dada, lipatan celana atau di rok seksinya.
Mereka tetap bergoyang meski para lelaki mesum itu meraba-raba tubuh dan melecehkan mereka berulang-ulang selama berjam-jam. Yang penting bagi para pendangdut itu mendapatkan sedikit uang tambahan ketika acara bubar sekitar 3 dini hari dan baru bisa pulang menjelang subuh dengan wajah pucat kelelahan. Itulah yang biasa dialami Irma Bule jika saja dia tidak tewas malam itu.
Tapi tidak ada pejabat pun yang perduli akan nasib tragisnya.Tidak ada 1 pejabat Karawang pun yang bersimpati termasuk Bupati Cecilia yang jomblo glamour itu untuk menjenguk keluarga menyampaikan rasa duka, padahal kematian Irma Bule mendapat perhatian luas baik dari dalam maupun luar negeri.
Pemberitaan luar biasa ini juga tidak sampai ke telinga Ketua DPR Ade Komarudin. Padahal dia adalah wakil rakyat yang maju ke Senayan karena perolehan suara dari daerah pemilihan Karawang. Sangat mungkin Irma Bule memberikan suaranya untuk Ade Komarudin. Tapi Ketua DPR itu lebih suka menanggapi kegenitan para istri rekannya dengan tas puluhan juta yang tengah bercanda ria sukacita menikmati indahnya persaudaraan mereka di Negeri Sakura, saat Irma Bule lepas nyawanya.
Mereka mungkin mengangggap kematian Irma Bule tidak penting. Sama seperti pejabat pemerintahan di sana yang tidak perduli dengan kemiskinan kawasan Pantura, Jawa Barat. Lihat saja alokasi anggaran untuk pengentasan kemiskinan di sana. Subang misalnya, 30% penduduknya atau sekitar 130 ribu kepala keluarga hidup di bawah garis kemiskinan, namun Pemda setempat hanya menyediakan dana 60 juta untuk program kemiskinan setahun sementara lebih dari 60% APBD Subang diperuntukkan untuk membayar gaji dan operasional pemerintahan.
Lebih memprihatinkan lagi, mereka justru menjadikan kemiskinan sebagai “objek wisata”. Setidaknya inilah kesan saya ketika mendapat tugas berkunjung ke wilayah Pantura. Dengan bangga pejabat daerah memperkenalkan.kerupuk miskin sebagai oleh-oleh andalan kawasan Pantura.
Seperti layaknya pemandu wisata, mereka bercerita bahwa kerupuk itu terbuat sagu diberi garam kasar dan digoreng dengan pasir karena ketika paceklik tidak ada yang mampu beli minyak goreng. Selama musim paceklik, itulah lauk nasi yang mereka makan. Supaya anak-anak mau makan, kerupuk itu diberi warna warni. Dia dan beberapa pejabat di sana mengakhiri cerita itu dengan tertawa lepas ketika menyebut nama lain kerupuk miskin yakni kerupuk melarat. Saya cuma tersenyum getir menyaksikan ulah mereka. Bagi saya, kerupuk miskin adalah reprentasi masalah kemiskinan akut yang seharusnya mereka ceritakan dengan deraian air mata.
Saat saya membaca pemberitaan Irma Bule, saya teringat betapa kerupuk miskin itu langsung lengket di langit-langit rongga mulut ketika dimakan dan baru turun ke lidah ketika nasi masuk dan dia bikin seret hingga harus banyak minum supaya tidak tersedak. Inilah menu penduduk Pantura selama berbulan-bulan waktu paceklik agar terhindar dari kelaparan. Dan Irma Bule pasti tidak ingin anak-anaknya makan kerupuk miskin.
Karena dorongan ini, mungkin Kartini dari Pantura itu tetap memaksa bekerja, bergoyang sambil bernyanyi sekenanya meski terluka parah terkena bisa dan meregang nyawa.
Tapi siapa perduli?

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10154177594173117&id=748808116

IBU KITA SUSI, KARTINI BERNYALI



Ali Valentino - Beliau memiliki hati yang mudah terenyuh dengan kesulitan atau musibah yang menimpa orang lain, siapa yang menyangka beliau yang sekarang dikenal sebagai menteri wanita yang garang, berani dan tanpa kompromi dalam menghadapi para mafia dan bandit pencuri ikan dari berbagai negara.
Tenyata, ketika beliau masih remaja, beliau biasa memandikan orang gila yang berkeliaran di jalanan, memberinya makan dan pakaian. Dan ketika beliau sudah sukses, di waktu-waktu senggangnya beliau biasa mengajak "terbang" nenek-nenek dan ibu-ibu di kampungnya.
Berbagi apa yang sebelumnya tidak mungkin. Terbang merupakan suatu kelas sosial tertentu dan hanya yang memiliki uang lebih yang mampu membeli tiketnya, namun bagi beliau tidak ada kelas-kelas seperti itu. Kata Ibu Susi, "Melihat mata mereka berbinar-binar karena bahagia itu sebuah keajaiban yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata,”
"Jangan pernah membayangkan bahwa kebahagiaan saya karena saya memiliki puluhan pesawat. Bukan! Kebahagiaan saya adalah ketika saya bisa memberikan kebahagiaan pada orang lain." (Susi Pudjiastuti)

Selamat Hari Kartini

(Salam Damai)

MARJO, ORANG GILA DAN ILMU IKHLAS



edhie prayitno ige - Seorang lelaki berseragam loreng tentara terlihat melintas di jalan Pemuda Muntilan. Sebuah kota kecamatan di Kabupaten Magelang. Lelaki berseragam tentara ini mengendarai sebuah sepeda tua merk Raleigh buatan Nothingham Britania Raya, di tahun 1960-an.
Memasuki perempatan Tugu Wesi, lelaki berseragam loreng itu membelokkan sepedanya ke kanan. Masuk ke sebuah kampung bernama Beteng. Anehnya, di sepanjang jalan dari rumahnya di kampung Pulosari kecamatan Salam, sudah banyak orang yang menegurnya.
"Nengndi jo? Prei po piye? (kemana jo? Libur pa gimana)."
"Suwe ra ketok tak kiro lara jo. (lama nggak keliatan saya pikir sakit jo)"
"Wah gagahe. Saiki pangkate kolonel ya. (waduh gagahnya, sekarang sduah berpangkat kolonel ya)"
Dan masih banyak lagi seruan-seruan ramah. Marjo, sosok yang disapa lebih banyak menebar senyum. Tak ada yang bisa memastikan berapa usianya. Tapi ia selalu ada dan hadir di setiap warga yang memiliki hajat.
Marjo adalah sosok orang gila. Lalu mengapa orang gila saja ditulis?
Begini. Bagi warga Muntilan generasi tahun 80-90an, nyaris tak ada yang tidak kenal dengan nama Marjo. Popularitas Marjo mampu mengalahkan idola saat itu seperti Ikang Fawzi, Nike Ardilla, Nicky Astria, bahkan pejabat nasional sekelas menteri.
Popularitas Marjo melangit melebihi popularitas Bupati Magelang, atau bahkan gubernur Jawa Tengah saat itu. Anak-anak SMP dan SMA di seluruh Muntilan (saat itu jumlahnya lebih dari 10 sekolah) semuanya mengenal.
Marjo sangat lekat dengan denyut hidup warga Muntilan karena kehadirannya di setiap perhelatan. Baik perhelatan warga seperti sunatan, pernikahan atau perhelatan yang digelar sekolah, seperti perpisahan, kemah pramuka dan sejenisnya.
Bambang Anto, alumni SMAK Pendowo Muntilan menyebutkan, sosok Marjo membumi karena keramahannya. Selain itu ia juga ringan tangan, menolong siapapun yang membutuhkan.
"Hebatnya dia hapal Pancasila, UUD 1945 sebelum diamandemen, Dasa Dharma Pramuka, Tri Satya hingga 10 Program Pokok PKK," kata Anto, Minggu (17/4/2016).
Yang lebih istimewa, Marjo tidak sekedar hafal. Ia juga mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Dasa Dharma dan lain-lainnya itu dalam kesehariannya. Setidaknya, apa yang dia hafalkan poin demi poin dan pasal demi pasal, dicoba untuk menjadi dasar perilakunya.
Lucia Henny Christina, aktivis pramuka di Muntilan tahun 1989 menjelaskan, dulu dia sangat takut dengan Marjo. Namun setelah berinteraksi ternyata sangat ramah.
"Lagipula, ia sebenarnya ganteng," kata Henny.
"Marjo tak pernah diajak kemah. Tapi malamnya ia selalu sudah bergabung. Entah naik apa karena kadang kami kemah di luar kota," kata Hari Susanti.
"Saya sangat terkesan dengan gaya senyumnya yang khas saat hadir. Ia tahu diri. Meski membantu saat ada hajatan, tapi tak pernah minta makan. Bahkan kadang sudah diberi saja ia menolak," kata Sudaryoto warga Ngasem melalui akun medsosnya.
Kini ketika media sosial memotong ruang, popularitas Marjo tak surut. Bahkan seorang buruh migran asal desa Sucen mengaku sangat kenal dengan Marjo.
"Tak ada orang Salam dan Muntilan yang tak kenal Marjo," kata Yati melalui akun facebook Anisa Bunda Henny yang kini bermukim di Hongkong.
Bagi kalangan seniman, Marjo menjadi sosok inspiratif. Kaum seniman dan penggelisah hidup yang selalu mempertanyakan eksistensi dan hidup, seakan sepakat kalau Marjo bisa menjadi rujukan belajar ilmu ikhlas dan ketulusan.
Bayangkan saja, jika ada perhelatan Marjo sudah mengayuh sepeda tuanya sejak jam 05.00. Dia akan membantu menata kursi, menjaga parkir, menimba air, bahkan juga bisa menjadi suruhan jika ada kebutuhan mendadak. Dan semuanya itu dia lakukan tanpa ada tendensi imbalan.
Marjo tidak mau diberi makan sebelum pekerjaan yang diamanatkan beres. Ketika pekerjaan beres namun si pemberi amanat belum makan, ia juga tidak mau makan. Demikian pula dengan rokok. Ia tak mau merokok jika tak ditemani tuan rumah.
"Wong urip kuwi wang sinawang. Ono sing ketoke sugih jebule kere. Ono sing ketoke kere jebule... Tenan. (Hidup itu hanya saling memandang. Ada yang kelihatan kaya ternyata miskin. Ada yang kelihatan miskin ternyata... Beneran)," kata Marjo suatu ketika.
Ia memang gemar berfilsafat. Namun selalu saja ada yang diplesetkan dan menjadi lucu. Bahkan ia juga pernah berpesan secara khusus.
"Wong urip kuwi mung mampir ngguyu. Dadi uripo nganggo guyu tanpa ngasorake. (Orang hidup itu sekedar mampir tertawa. Maka hiduplah dengan tertawa tanpa merendahkan)," katanya pada saat yang lain.
Kini Marjo usianya semakin renta. Namun tak ada perubahan fisik menua yang terlihat. Tahun 2016 ini, ternyata fisik, wajah, rambut dan kebiasaannya berkeliling masih sama dengan awal tahun 1990 itu. Alumni SMAK Pendowo Muntilan yang sangat akrab dengan Marjo, rela menjadikan Marjo sebagai ikon pemersatu. Ditandai dengan memasang foto Marjo yang diedit menjadi Superman.
Sanking banyaknya penggemar, mereka yang berasal dari Muntilan dan kini menjadi diaspora, sering mengontak teman-temannya untuk sekedar minta dikirimi foto Marjo. Marjo memang gila. Namun ia mandi sehari bisa tiga sampai tujuh kali. Pakaiannya meski lusuh tak disetrika, namun selalu bersih.
Begitulah. Banyak orang gila di sekitar kita. Namun seberapa banyak kita mengenal mereka? Menangkap ide-ide dan kegelisahan mereka. Rata-rata mengaku takut. Takut jika mengamuk.
Orang gila selalu dicurigai merugikan oleh lingkungannya. Dicurigai mengamuk, suka menyerang. Banyak yang lupa kalau si gila itu juga manusia seperti kita.
Untuk hal ini, mari belajar pada warga Muntilan yang menempatkan sosok Marjo secara egaliter. Marjo, I Love You.

http://citizen6.liputan6.com/read/2485424/marjo-orang-gila-dan-ilmu-ikhlas

LAHIR BUTA, MISKIN & DITOLAK BERSEKOLAH, KINI COWOK INI PUNYA 4 PABRIK


brilio.net - Usianya masih terbilang muda, 24 tahun. Namun kekayaannya terbilang fantastis. Dia adalah Srikanth Bollant, pemilik Bollant Industries, sebuah perusahaan di Kota Hyderabad, India yang memproduksi kemasan produk ramah lingkungan yang kini bernilai Rp 98,5 miliar.
Namun siapa sangka, dibalik kesuksesannya tersimpan perjuangan hidup yang membuat setiap orang menahan haru. Srikanth terlahir buta dan dari keluarga miskin. Saat lahir para tetangga menyarankan orangtuanya untuk membunuhnya. Mereka berpendapat itu lebih baik, daripada ia menderita seumur hidupnya karena terlahir buta.
Beruntung bagi Srikanth, orangtuanya tak mengindahkan omongan tetangganya. Namun perjuangan Srikanth baru dimulai ketika ia mulai tumbuh. Saat ia mulai masuk usia sekolah, ayahnya yang seorang petani memutuskan untuk memasukkan Srikanth ke sekolah di desanya.
Namun sayang, karena keterbatasannya ia dikucilkan di lingkungan sekolah. "Tidak ada yang mengakui keberadaanku. Aku diberi tempat di bangku paling belakang. Aku tidak bisa berpartisipasi di kelas. Saat itu aku mulai berpikir mungkin aku adalah anak termiskin di dunia. Namun bukan karena kekurangan uang, tapi karena kesepian," kenang Srikanth seperti dikutip dari Yourstory, Sabtu (16/4).
Di sekolah ia hanya bertahan 2 tahun saja, hingga akhirnya ayahnya memutuskan untuk memindahkan Srikanth ke sekolah berkebutuhan khusus. Di situlah ia mulai berkembang dan banyak belajar. Tak hanya unggul di berbagai mata pelajaran, Srikanth juga sangat unggul di permainan catur dan kriket.
Namun masalah kembali datang ketika ia mulai beranjak masuk SMA. Beberapa sekolah sains menolaknya. Dewan sekolah mengatakan ia hanya bisa mempelajari pelajaran seni. "Apakah karena aku terlahir buta? Tidak, persepsi oranglah yang membuatku terlihat buta," ujar Srikanth.
Setelah ditolak berkali-kali, ia memutuskan untuk memperjuangkan haknya. "Aku menggugat pemerintah dan berjuang selama 6 bulan. Hingga pada akhirnya, pemerintah mengatakan aku bisa mengambil pelajaran sains tetapi dengan risiko ditanggung sendiri," sambungnya.
Saat itulah Srikanth melakukan apa pun yang ia bisa untuk membuktikan bahwa mereka salah. Ia mulai mencari buku-buku teks yang kemudian dikonversi ke dalam bentuk audio. Belajar siang dan malam untuk menyelesaikan kursus dan berhasil mengamankan nilai hingga 98% dalam ujian nasional.
Kegigihannya saat masa sekolah berbuah manis. Srikanth lulus dan memperoleh beasiswa terbang ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studinya. Ia menjadi mahasiswa buta internasional pertama yang diterima di Massachusetts Institute of Technology (MIT), sebuah universitas teknologi paling bergengsi di dunia.
Selepas lulus dari MIT, berbagai perusahaan besar Amerika Serikat mulai berniat meminangnya. Tapi Srikanth memutuskan untuk kembali ke India dan melepaskan kesempatan emas itu. Ia mulai membangun bisnisnya sendiri.
Dan hari ini, Srikanth telah memiliki 4 pabrik produksi, masing-masing di Kota Hubli, Kota Nizamabad, dan 2 lagi di Kota Hyderabad. Seorang 'angle investor' bernama Ravi Mantha, yang bertemu Srikanth sekitar 2 tahun lalu, sangat terkesan dengan ketajaman bisnis dan visi Srikanth.
Ia kemudian memutuskan untuk berinvestasi di perusahaan yang dibangun oleh Srikanth. Tak hanya berhenti sampai di situ, kini Bollant Industries milik Srikanth telah mempekerjakan 150 orang karyawan yang semuanya merupakan para disabilitas. Luar biasa!

https://www.brilio.net/sosok/lahir-buta-miskin-ditolak-bersekolah-kini-cowok-ini-punya-4-pabrik-160416t.html

YANG HILANG DARI NEGERIKU


Foto di bawah ini adalah pemandangan yg lazim disaksikan tempo dulu. Kala anak-anak murid mau memasuki sekolah tempat menimba ilmu.
Mereka melewati pintu depan yg sudah ditunggu oleh tuan guru. Semua berjalan menunduk sebagai bentuk hormat dan "ngejeni" kepada yang lebih tua.
Berjalan membungkuk bukan hanya sekedar tata cara penghormatan, tapi juga sebuah simbol mau merendahkan diri kepada manusia lain yang dinilai lebih berat "isinya". Bisa ilmunya, bisa usianya, atau bisa karena maqom/kedudukannya.
Namun sekarang itu nampaknya sudah mulai hilang dan mungkin hanya tinggal cerita yg bisa dikenang.
Sekarang pendekatan guru sebagai teman terkadang malah kebablasan. Tak ada lagi sikap sungkan. Tak ada lagi ewuh pekewuh kepada sang guru, karena dianggap teman dan sekedar fasilitator pendidikan.
Ditempeleng, lapor komnas HAM. Kalau murid gagal, guru disalahkan.
Saya masih ingat, bagaimana dulu saya dan kawan-kawan sebaya berlomba menjemput guru kami saat memasuki pagar. Ada yg berebut membawakan sepedanya dan membawakan tasnya. Yang tak kebagian, tetap bisa berebut untuk urusan salim mencium tangan.
Diperintah guru mengambil kapur adalah sebuah kebanggaan prestisius. Mengunjunginya saat sakit adalah aturan tak tertulis yg membuat para murid bergegas dan berinisiatif patungan lalu membuat rencana untuk mewujudkan.
Gambar ini berbicara lebih dari sekedar tata krama. Tapi juga sebuah kesiapan menerima. Dan ikrar tanpa kata.
"Bahwa kami ingin diajari menjadi manusia".
Semoga kita kembali menjadi bangsa yang tahu tata krama pada yang tua, dan mengerti bahwa menjaga adab dan sopan santun bukanlah bagian dari keprimitifan.

Klaten, 6 April 2016
Andre Raditya