Kata-kata indah dari Dalai Lama sewaktu ditanya, apakah yang paling membingungkan di dunia ini?
Beliau menjawab : "Manusia… Karena dia mengorbankan kesehatannya hanya demi uang, lalu dia mengorbankan uangnya demi kesehatan. Dia sangat khawatir dengan masa depannya, sampai-sampai dia tidak menikmati masa kini. Akhirnya dia tidak hidup di masa depan atau pun di masa kini, dia hidup seakan-akan tidak akan mati, lalu dia mati tanpa benar-benar menikmati apa itu hidup.”
Seorang mandor bangunan yang berada di lantai 5 ingin memanggil pekerjanya yang lagi bekerja di bawah. Setelah sang mandor berkali-kali berteriak memanggil, si pekerja tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan. Sang mandor terus berusaha agar si pekerja mau menoleh ke atas, dilemparnya uang koin Rp. 1.000,- yang jatuh tepat di sebelah si pekerja. Si pekerja hanya memungut uang itu dan melanjutkan pekerjaannya Sang mandor akhirnya melemparkan Rp. 100.000,- dan berharap si pekerja mau menengadah "sebentar saja" ke atas. Akan tetapi si pekerja hanya melompat kegirangan karena menemukan uang Rp. 100.000,- dan kembali asyik bekerja. Pada akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yang tepat mengenai kepala si pekerja. Merasa kesakitan akhirnya si pekerja baru mau menoleh ke atas dan dapat berkomunikasi dengan sang mandor.
Cerita tersebut di atas sama dengan kehidupan kita. Tuhan selalu ingin menyapa kita, akan tetapi kita selalu sibuk mengurusi "dunia" kita. Kita diberi berkat sedikit maupun banyak, sering kali kita lupa menengadah untuk bersyukur, bahkan lebih sering kita tidak mau tahu dari mana berkat itu datang. Bahkan kita selalu bilang, “Saya beruntung!" Yang lebih buruk lagi kita menjadi lupa diri dengan berkat yang sesungguhnya hanya berasal dari Tuhan! Jadi jangan sampai kita mendapatkan lemparan "batu kecil" yang kita sebut musibah, agar kita mau menoleh kepada Tuhan.
Hidup itu sederhana: ambil keputusan, lakukan dan jangan menyesalinya.
Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah dan hal itu terlihat oleh direktur, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.
Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.
Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tersebut. Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil dipekerjakan di tempatnya.
Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.” Ibu menjawab: “Mengapa?” Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.”
Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.” Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”
Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.
Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?” Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.” Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”
Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan loncat-loncat.
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.” Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.” Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.
Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?” Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”
Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.
Gibran: Bagaimana caranya agar kita mendapatkan sesuatu yang paling sempurna dalam hidup?
Guru: Berjalanlah lurus di taman bunga, lalu petiklah bunga yang paling indah menurutmu dan jangan pernah kembali ke belakang.
...Setelah berjalan dan sampai di ujung taman, Gibran kembali dengan tangan hampa.
Lalu guru bertanya: Mengapa kamu tidak mendapatkan bunga satu pun?
Gibran: Sebenarnya tadi aku sudah menemukannya, tapi aku tidak memetiknya karena aku pikir mungkin yang di depan pasti ada yang lebih indah, namun ketika aku sudah sampai di ujung, aku baru sadar bahwa yang aku lihat tadi adalah yang terindah, dan aku pun tak bisa kembali ke belakang lagi!
Dengan tersenyum guru berkata:
"Ya, itulah hidup, semakin kita mencari kesempurnaan, semakin kita tak akan pernah mendapatkannya, karena sesungguhnya kesempurnaan yang hakiki tidak pernah ada, yang ada hanyalah keikhlasan hati kita untuk menerima kekurangan.
Marilah kita sadari bahwa apa yang kita dapatkan hari ini adalah yang terbaik menurut Tuhan dan jangan pernah ragu, karena kesadaran itu akan menjadikan kita bersyukur menjalani hidup ini.
Setiap hari adalah hari yang baik
Setiap saat adalah saat yang indah
Berjalan, duduk atau berbaring adalah kebahagiaan hidup
Belajar, bekerja dan melayani
adalah kepuasan dan kemuliaan hidup
Jika kita tidak mampu bersyukur, semua yang baik
dan indah akan menjadi jelek dan menyakitkan
Kemana pun kita pergi, apa pun yang kita kerjakan
adalah penderitaan
Tiada hari tanpa kegelisahan
Tiada saat tanpa kejenuhan
Bukan hidup yang membuat kita jenuh
tapi ketiadaan rasa syukur yang membuat
semuanya menjadi jelek dan menjenuhkan.
Kesulitan sebesar apa pun akan terasa wajar
bagi jiwa yang tetap melebihkan syukur daripada mengeluh
Karena, bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur,
tetapi bersyukurlah yang menjadikan kita berbahagia
Jiwa yang bersyukur, akan berbahagia bahkan di atas masalah