AKU YANG MATI


Ketika kamu dilupakan, ditelantarkan atau sengaja tidak diperhatikan dan kamu tidak merasa terluka atas perlakuan itu…
Maka itulah “aku” yang mati.

Ketika kebaikanmu diceritakan sebagai kejelekan dan kamu tidak mengizinkan amarah timbul dalam hatimu dan menerimanya dengan sabar dan tenang...
Maka itulah “aku” yang mati.

Ketika kamu puas dengan makanan yang ada, tempat tinggal dan keluarga yang ada dan mensyukuri itu sebagai anugerah TUHAN...
Maka itulah “aku” yang mati.

Ketika kamu bersabar dalam ketidakpastian, tidak mengerti akan jalan Tuhan, namun tetap bertahan dan setia mengikut Tuhan...
Maka itulah “aku” yang mati.

Ketika kamu melihat kebahagiaan dan keberhasilan orang lain tanpa rasa iri sedikitpun...
Maka itulah “aku” yang mati.

Ketika kamu tidak mendengar namamu disebut orang yang yang selama ini kamu bantu dan kamu menghadapinya dengan senyuman...
Maka itulah “aku” yang mati.

Ketika kamu mendapat kritik, atau bahkan kamu dicela/digosipkan sehingga namamu menjadi rusak oleh karenanya...
Maka itulah “aku” yang mati.

Marilah kita sama-sama koreksi diri. Lihat sebuah biji tidak bisa menjadi sebuah pohon yang baru bila ia tidak mati dan tertanam di tanah. Setelah ia mati dan membusuk di tanah, maka barulah sebuah tunas baru bisa muncul. Memang bukan hal mudah untuk mematikan hak, keinginan, kesombongan dan ego kita.
Namun hanya dengan cara itulah, Tuhan baru dapat memunculkan “harta” di dalam diri kita untuk membuat kita makin dewasa, sempurna dan menjadi berkat bagi orang lain!

No comments:

Post a Comment