Liputan6.com, Jakarta - Dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-23, Neerja Bhanot mengalami peristiwa luar biasa. Kala itu, 5 September 1986, ia menjalankan tugas pertama sebagai pramugari senior dalam pesawat Pan Am Penerbangan 73 dari India menuju Amerika Serikat.
Saat mendarat di Bandara Karachi, Pakistan, burung besi yang mengangkut 361 penumpang dan 19 awak tersebut menjadi target pembajakan.
Insting Neerja memperingatkan ada yang tak beres. Sesaat setelah pembajak dari kelompok Abu Nidal memasuki kabin, perempuan tersebut memperingatkan awak pesawat yang ada di kokpit.
Lalu 3 orang di kokpit, yakni pilot, kopilot, dan teknisi pesawat segera kabur, sehingga kapal terbang itu tak bisa mengudara ke tempat yang diinginkan para teroris: Siprus. Burung besi tersebut tetap berada di atas aspal landasan.
Para teroris kemudian memerintahkan Neerja untuk mengumpulkan paspor para penumpang agar para pembajak bisa mengidentifikasi warga Amerika Serikat.
Sebelumnya, mereka telah menembak seorang warga AS dan melemparkan jasadnya ke landasan.
Namun, tanpa sepengetahuan para pembajak, Neerja dan pramugari lainnya menyembunyikan paspor 41 warga AS yang ada dalam pesawat di bawah kursi atau membuangnya ke tempat sampah.
"Aku masih tak percaya ia bisa melakukan hal itu," kata Sekhar Mitra, penumpang yang selamat kepada Cincinnati Enquirer. "Jika para pembajak itu mengetahuinya, niscaya mereka akan membunuhnya seketika itu."
Mitra mengaku kagum dengan sikap Neerja Bhanot. "Pramugari itu masih bisa tersenyum meski hal mengerikan sedang terjadi."
Setelah 17 jam penyanderaan, para pembajak mulai memuntahkan peluru dan meledakkan bom.
Aksi Neerja kemudian berhasil menyelamatkan 359 dari 380 orang yang ada dalam pesawat. Caranya, pramugari itu diam-diam memasukkan pesan di antara lembaran majalah untuk penumpang yang duduk di dekat pintu darurat.
Ia kemudian membantu mereka membuka pintu dan mengembangkan perosotan darurat. Neerja bisa saja menjadi yang pertama keluar dari kapal terbang.
Namun, ia tak lantas ngacir. Perempuan pemberani itu berdiri di belakang, memandu para penumpang keluar dari pesawat. "Keluar...lari!," itu kata-kata yang ia ucapkan.
"Neerja adalah orang pertama yang bisa melarikan diri dari pesawat. Ia terlatih dan tahu persis apa yang terjadi. Ia berada di pintu masuk pesawat saat para teroris masuk. Bisa saja pramugari itu lari seperti yang dilakukan pilot. Namun, ia tak melakukannya," kata salah satu penumpang selamat, Kishore Murthy.
Dilansir, News.com.au, Rabu (2/3/2016) Neerja Bhanot tewas diberondong peluru saat menggunakan tubuhnya sebagai perisai hidup untuk melindungi 2 anak-anak.
Salah satu dari anak tersebut, yang kala itu berusia 7 tahun, kelak menjadi kapten penerbang di sebuah maskapai besar.
Ia tak akan pernah melupakan sosok perempuan cantik, murah senyum, berseragam pramugari, yang bertindak lebih dari sebagai awak kabin. Baginya Neerja Bhanot adalah pahlawan yang menyelamatkan nyawanya.
"Yang penting bukan lamanya, namun hidup haruslah berarti," itu yang mungkin bisa disimpulkan dari jalan hidup Neerja Bhanot, yang pergi untuk selamanya pada usia nyaris 23 tahun.
Kini sebuah film didedikasikan untuk mengenang kepahlawanannya. Judulnya, Neerja.
http://
Liputan6.com, Jakarta - Dua hari sebelum ulang tahunnya yang ke-23, Neerja Bhanot mengalami peristiwa luar biasa. Kala itu, 5 September 1986, ia menjalankan tugas pertama sebagai pramugari senior dalam pesawat Pan Am Penerbangan 73 dari India menuju Amerika Serikat.
Saat mendarat di Bandara Karachi, Pakistan, burung besi yang mengangkut 361 penumpang dan 19 awak tersebut menjadi target pembajakan.
Insting Neerja memperingatkan ada yang tak beres. Sesaat setelah pembajak dari kelompok Abu Nidal memasuki kabin, perempuan tersebut memperingatkan awak pesawat yang ada di kokpit.
Lalu 3 orang di kokpit, yakni pilot, kopilot, dan teknisi pesawat segera kabur, sehingga kapal terbang itu tak bisa mengudara ke tempat yang diinginkan para teroris: Siprus. Burung besi tersebut tetap berada di atas aspal landasan.
Para teroris kemudian memerintahkan Neerja untuk mengumpulkan paspor para penumpang agar para pembajak bisa mengidentifikasi warga Amerika Serikat.
Sebelumnya, mereka telah menembak seorang warga AS dan melemparkan jasadnya ke landasan.
Namun, tanpa sepengetahuan para pembajak, Neerja dan pramugari lainnya menyembunyikan paspor 41 warga AS yang ada dalam pesawat di bawah kursi atau membuangnya ke tempat sampah.
"Aku masih tak percaya ia bisa melakukan hal itu," kata Sekhar Mitra, penumpang yang selamat kepada Cincinnati Enquirer. "Jika para pembajak itu mengetahuinya, niscaya mereka akan membunuhnya seketika itu."
Mitra mengaku kagum dengan sikap Neerja Bhanot. "Pramugari itu masih bisa tersenyum meski hal mengerikan sedang terjadi."
Setelah 17 jam penyanderaan, para pembajak mulai memuntahkan peluru dan meledakkan bom.
Aksi Neerja kemudian berhasil menyelamatkan 359 dari 380 orang yang ada dalam pesawat. Caranya, pramugari itu diam-diam memasukkan pesan di antara lembaran majalah untuk penumpang yang duduk di dekat pintu darurat.
Ia kemudian membantu mereka membuka pintu dan mengembangkan perosotan darurat. Neerja bisa saja menjadi yang pertama keluar dari kapal terbang.
Namun, ia tak lantas ngacir. Perempuan pemberani itu berdiri di belakang, memandu para penumpang keluar dari pesawat. "Keluar...lari!," itu kata-kata yang ia ucapkan.
"Neerja adalah orang pertama yang bisa melarikan diri dari pesawat. Ia terlatih dan tahu persis apa yang terjadi. Ia berada di pintu masuk pesawat saat para teroris masuk. Bisa saja pramugari itu lari seperti yang dilakukan pilot. Namun, ia tak melakukannya," kata salah satu penumpang selamat, Kishore Murthy.
Dilansir, News.com.au, Rabu (2/3/2016) Neerja Bhanot tewas diberondong peluru saat menggunakan tubuhnya sebagai perisai hidup untuk melindungi 2 anak-anak.
Salah satu dari anak tersebut, yang kala itu berusia 7 tahun, kelak menjadi kapten penerbang di sebuah maskapai besar.
Ia tak akan pernah melupakan sosok perempuan cantik, murah senyum, berseragam pramugari, yang bertindak lebih dari sebagai awak kabin. Baginya Neerja Bhanot adalah pahlawan yang menyelamatkan nyawanya.
"Yang penting bukan lamanya, namun hidup haruslah berarti," itu yang mungkin bisa disimpulkan dari jalan hidup Neerja Bhanot, yang pergi untuk selamanya pada usia nyaris 23 tahun.
Kini sebuah film didedikasikan untuk mengenang kepahlawanannya. Judulnya, Neerja.
http://