Darmadi Sasongko | Rabu, 18 Mei 2016 - Siapa sangka pria pengumpul plastik dan barang-barang bekas itu seorang polisi. Bripka Seladi (58), dengan kaos lusuh dan topi terbalik, tangannya cekatan memilah-milah barang yang sekiranya masih bisa dijual dari tumpukan sampah di depannya.
Saat itu, Seladi sama sekali tidak terlihat sosoknya sebagai seorang polisi, apalagi tak ada seragam dan pangkat di pundaknya. Sampah-sampah itu sudah menjadi temannya, bahkan sumber rezekinya.
"Ini rezeki, kenapa harus dibuang-buang. Sampingan saja, 1 jam atau 2 jam waktu luang saya manfaatkan untuk kegiatan ini," kata Seladi saat ditemui di tempat pengumpulan sampahnya di Jalan Dr Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Rabu (18/5).
Tumpukan sampah yang kotor dan bau menggunung dan memenuhi gudangnya. Bungkusan plastik kresek besar warna hitam itu masih harus dipilahnya, bersama 2 orang yang sehari-hari menemaninya.
Hari ini, Seladi bersama putra keduanya, Rizaldy Wicaksono (23) yang juga tak kalah cekatan. Keduanya seolah sedang berlomba untuk mendapatkan sampah paling banyak.
Rumah yang dijadikan tempat pengumpulan sampah oleh Seladi adalah rumah seorang karib yang dipinjamkan. Rumah itu mulai digunakan sejak 2008, tetapi Seladi sendiri mulai menjadi pemulung sejak 2006.
"Sejak 2008, rumah ini dipinjami teman. Kalau dulu langsung dijual ke pengepul karena tidak ada tempat, sekarang dikumpulkan baru kemudian dijual," katanya.
Awal menjadi pemulung, kata Seladi, saat melihat sampah menumpuk di Polresta. Suatu saat, dirinya datang ke pengepul rongsokan dan ternyata laku dijual.
"Saya melirik, wah ini rezeki juga. Jangan dibuang-buang. Buat sampingan tambahan. Intinya, dari pada dibuang-buang," katanya.
Seladi kemudian mengumpulkan sampah hanya di lingkungan Polresta Malang, tetapi setelah itu berkeliling-keliling kota. Setiap bak sampah ditengok untuk melihat barangkali ada barang yang masih digunakan. Kegiatan mencari sampah dilakukan di luar tugas, yaitu malam hari.
Seiring waktu, Seladi tidak lagi mencari-cari di bak sampah, tetapi bekerjasama dengan pihak lain yang bersedia mengantarkan sampahnya ke gudangnya. Seladi menggunakan waktu luangnya untuk memilah-milah sampah sebelum kemudian dijualnya.
"Kenapa harus malu, ini rezeki juga," tegasnya pria kelahiran Dampit, Kabupaten Malang ini.
Sebagai polisi, Seladi bertugas di Satuan Lalu Lintas Polresta Malang. Dia berkantor di Unit Pelayanan SIM. Penampilannya pun sederhana dengan keseharian menggunakan sepeda onthel saat berangkat dan pulang.
http://www.merdeka.com/
No comments:
Post a Comment