KEINGINAN MANUSIA


Suatu hari seorang raja keluar dari istana, blusukan menemui rakyatnya dan dia bertemu seorang pengemis di jalan.
Raja itu bertanya, "Apa yang kamu mau?"
Pengemis itu tertawa terkekeh-kekeh, "Raja, kau bertanya seolah-olah kau bisa memenuhi keinginanku."
Merasa tersinggung, raja itu menjawab, "Tentu aku bisa, aku seorang raja. Aku punya banyak harta dunia. Katakan, apa yang kamu mau? Akan kukabulkan semuanya."
Pengemis itu tersenyum dan berkata, "Berhati-hatilah dan berpikirlah dengan baik sebelum kamu berjanji."
Pengemis ini bukan pengemis biasa. Di reinkarnasi sebelumnya, dia adalah guru spiritual sang raja, yang berjanji akan bertemu lagi dengannya di kelahiran berikutnya, untuk mengajarkan pencerahan pada raja tersebut.
Sang raja yang tak mengenali guru kelahiran sebelumnya berkata, "Akan kupenuhi semuanya, aku raja yang sangat berkuasa, dan akan kukabulkan semua apa yang jadi keinginanmu."
Pengemis itu berkata, "Sederhana sekali keinginanku, tolong penuhi mangkuk mengemis ku ini dengan harta."
"Wah, tentu saja. Mudah itu." Raja menyuruh pengawalnya mengisi koin emas ke dalam mangkuk milik pengemis. Dan secara ajaib, uang itu menghilang di mangkuk.
Koin emas terus dituangkan berpeti-peti, tapi selalu menghilang. Orang-orang yang melihat semakin penasaran dan mereka berkumpul mengelilingi raja dan pengemis.
Raja membatin, "Harga diriku dan kerajaan menjadi pertaruhan di sini. Bila sampai harta seluruh kerajaan ku harus kupertaruhkan di sini, aku siap tapi aku tidak akan boleh kalah oleh pengemis ini."
Raja terus menerus menyuruh pengawal mengisi mangkuk kecil itu dengan segala perhiasan, emas, berlian, logam berharga. Dan mangkuk itu seolah-olah tak memiliki dasar - karena semua yang ditaruh disana langsung menghilang.
Akhirnya raja menyerah dan dia mengaku kalah.
"Baiklah, kau menang, aku tak bisa memenuhi permintaanmu.
Apa rahasianya? Kenapa mangkuk itu tak penuh?"
Pengemis itu menjawab, "Mangkuk ini hanya dibuat dari bahan rahasia, yaitu KEINGINAN MANUSIA."
---
Cerita dikutip dari buku The One Thing, Gary Keller.

No comments:

Post a Comment